Berikut adalah link untuk mengerjakan Ulangan Harian 2 PKK:
Link Ulangan Harian 2 Kelas 11
Berikut adalah link untuk mengerjakan Ulangan Harian 2 PKK:
Link Ulangan Harian 2 Kelas 11
TUGAS
1. Dalam melakukan pendeskripsian produk harus memperhatikan ketentuan-ketentuan, sebutkan!
2. Jelaskan yang dimaksud dengan persuasif!
3. Jelaskan kegunaan dari naratif tentang produk barang/jasa!
Tata cara mengerjakan tugas:
TUGAS!
1. Jelaskan kegunaan dari melakukan evaluasi dalam proses kerja pembuatan prototype!
2. Jelaskan secara singkat 6 tahapan prototyping!
3. Sebutkan faktor-faktor penentu dalam proses strategi pembuatan prototype!
Tata cara mengerjakan tugas:
1. Pemaparan Diskriptif tentang Produk Barang/Jasa
Deskripsi produk
adalah penjelasan singkat mengenai produk barang/jasa yang ditawarkan.
Penjelasan sederhana mungkin cukup jelas bagi orang awam, namun investor/klien
mungkin tidak memahami produk yang ditawarkan. Dalam melakukan pendeskripsian
produk harus memperhatikan ketentuan-ketentuan berikut, yaitu:
a.
Menggunakan gaya bahasa lugas
b.
Tidak menggunakan jargon atau istilah khusus yang
tidak awam.
c.
Jujur mengenai informasi produk
d. Menekankan karakteristik unik yang hanya dimiliki produk.
e. Menggunakan ilustrasilvisualisasi produk sebagai pendukung teknis.
Deskripsi produk barang/jasa harus
memiliki penjelasan sebagai berikut.
a.
Sebutkan nama merek produk dan visualisasi
produk.
b.
Uraikan spesifikasi kondisi bentuk, jenis dan
kemasan produk
c.
Uraikan kandungan isi atau unsur pembentuk
produk.
d.
Uraikan manfaat kandungan isi produk
e.
Uraikan benefit penggunaan produk bagi konsumen
f. Uraikan keunikan yang hanya dimiliki oleh produk
g. Informasikan tentang hak paten/ hak cipta/ sertifikasi halal/ sertifikasi penghargaan co. ISO.
2. Pemaparan
Naratif tentang Produk Barang/Jasa
Kita dapat menggunakan naratif dalam menjelaskan satu produk/jasa. Naratif dalam produk/jasa digunakan untuk menjelaskan suatu rincian produk/jasa yang akan dipromosikan atau diproduksi. Naratif juga dapat digunakan dalam suatu pengungkapan dalam iklan bagaimana produk barang/ jasa tersebut dibuat. Dalam menjelaskan suatu produk barangjasa sering kali menggunakan jasa iklan untuk mempromosikan produk barang/jasa yang akan di iklankan, yang berarti iklan tersebut harus dapat menjelaskan bagaimana produk barang/jasa tersebut secara detail. Sebagai contoh: suatu iklan produk minuman kesehatan dapat menjelaskan bagaimana produk tersebut dibuat, apa fungsi produk minuman tersebut dan apa saja bahan-bahan yang digunakan dalam membuat poduk minuman kesehatan. Dengan langkah ini maka naratif dapat digunakan dalam membuat produk barang/jasa.
3. Argumentatif
atau Persuasif tentang Produk Barang/Jasa
Apa yang harus
kita persiapkan ketika kita ingin menjual suatu produk barang atau jasa? Kita
harus mempunyai trik-trik yang jitu agar para calon konsumen tertarik dan mau
membeli produk barang atau jasa yang kita tawarkan. Apabila dari awal calon
konsumen sudah tidak tertarik dengan produk banrang atau jasa yang kita
tawarkan, bagaimana mereka mau membeli? Bagaimana mereka percaya terhadap
produk barang atau jasa tersebut?
Persuasif berisi ajakan, perintah ataupun bujukan untuk melakukan sesuatu hal pada produk barang/jasa. Persuasif sendiri berasal dari bahasa Inggris yaitu persuade yang artinya mengajak, membujuk, atau menyuruh. Persuasif biasanya bersifat subjektif karena isinya merupakan murni pandangan pribadi tentang suatu produk. Karena tujuannya untuk mengajak, maka tidak jarang dalam argumentasi sering kali ditemukan data-data pendukung sebagai penguat iklan produk barang/jasa, sehingga audience akan lebih yakin dan tidak ragu untuk melakukan apa yang disarankan oleh pengiklan.
Silahkan kerjakan Tugas 9:
Alur Kerja Pembuatan Prototype Produk Barang/jasa
Perhatikan bagan berikut ini!
Berdasarkan bagan di atas,
terdapat sistematika proses kerja dalam membuat prototype suatu produk kreatif
barang/jasa.
a. Menentukan kebutuhan akan produk yang akan dibuat
Dalam menentukan produk kreatif
barang/jasa yang akan dibuat ini, maka harus dilakukan identifikasi dan
penelitian pasar mengenai produk barang/jasa apa yang disenangi oleh konsumen
dan terutama untuk kebutuhan-kebutuhan konsumen itu sendiri dalam bidang rancang
bangun. Setelah dilakukan penelitian dan analisis-analisis mengenai apa produk
barang/jasa yang dibutuhkan oleh konsumen.
b. Melakukan perancangan-perancangan desain
Setelah dilakukan penetapan produk barang/jasa yang akan dibuat, maka
proses selanjutnya dilakukan perancangan-perancangan produk dalam bentuk desain
yang menjadi dasar pembuatan prototype. Dalam tahap perancangan desain
prototype produk ini harus memperhatikan beberapa aspek yang meliputi sebagai
berikut.
1) Mengenali pasar sasaran dari produk tersebut dan juga selera pasar.
Pasar sasaran yang berbeda memiliki selera dan daya beli yang berbeda pula. Pemahaman akan pasar sasaran akan mendukung proses pencarian ide dan penetapan harga jual. Pencarian data melalui referensi, kuisioner, pengamatan dan wawancara dapat dilakukan kepada pasar sasaran yang dituju untuk mengetahui selera dan daya beli pasar tersebut. Pasar sasaran yang beragam memiliki selera yang sangat beragam pula. Selera pasar yang beragam, membuka banyak peluang untuk beragam jenis produk barang/jasa yang memiliki keunikan. Gaya desain dapat selalu berkembang dengan munculnya gaya-gaya baru.
2) Melakukan eksplorasi terhadap bahan-bahan yang akan digunakan.
Eksplorasi terhadap bahan-bahan penyusun produk sangat penting mengingat bahan- bahan tersebut merupakan penyusun utama. Ketersediaan bahan baku merupakan aspek yang harus diperhatikan.
c. Menentukan material produk
Dalam menggunakan material produk
dapat dilakukan dengan melakukan eksplorasi berbagai kemungkinan keindahan dan
keunikan yang dihasilkan oleh bahan-bahan penyusun produk tersebut. Eksplorasi
material dilakukan dengan membuat beberapa percobaan teknik pengolahan pada
suatu material. Semakin banyak percobaan yang dilakukan, akan semakin banyak
pula kemungkinan keindahan dan keunikan yang diperoleh.
d. Melakukan evaluasi
Melakukan evaluasi prototype produk barang/jasa sangat penting dilakukan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan dari produk yang telah dibuat desainnya tersebut. Evaluasi ini dilakukan secara berkala sehingga dapat menghasilkan produk yang berkualitas dan disukai oleh konsumen.
Proses Kerja Pembuatan Prototype Produk Barang/Jasa
a. Proses Kerja Pembuatan Prototype
Pembuatan prototype disebut
dengan prototyping. Tujuan dari Prototyping adalah sebagai penguji daya tahan
bentuk produk dan usaha yang ingin kita buat. Inovasi bertahap adalah keadaan
suatu badan usaha tidak bias dibuat dalam bentuk prototype. Inovasi bertahap
biasanya oavesuaikan keadaan di dunia nyata. Dengan adanya kegiatan
prototyping, para wirausahawan, khususnya bidang produk kreatif barang/jasa
akan mengetahui keunggulan dan kelemahaan produk dan usaha yang dibuat.
b. Kegiatan prototyping sebagai artefak dalam pembuatan desain
Prototype dapat dianggap sebagai
bentuk artefak, baik dalam tingkatan berdiri sendiri atau menjadi bagian dalam
sebuah desain. Bila dilihat sebagai artefak, prototype mengandung
karakteristik-karakteristik sebagai berikut yaitu mendukung kreativitas,
membantu pengembang untuk menangkap dan menghasilkan ide, memfasilitasi
pengembang dan memberikan informasi yang relevan tentang pengguna prototype.
Prototype dapat mendorong terjadinya komunikasi dan membantu para wirausahawan
dengan konsumen dalam berinteraksi untuk menyempurnakan produk yang dibuat.
Kita bisa menganalisa kegiatan
prototyping berdasarkan 4 dimensi sebagai berikut.
c. Tahapan-tahapan dalam prototyping
Tahap-tahap dalam prototyping
boleh dikatakan merupakan tahap-tahap yang dipercepat. Strategi utama dalam
prototyping adalah kerjakan yang mudah terlebih dahulu dan sampaikan hasil kepada
pengguna sesegera mungkin.
Untuk lebih jelasnya, berikut adalah tabel yang menerangkan tentang tahap-tahap dalam prototyping produk barang/jasa.
Prototyping dibagi
ke dalam enam tahapan. Tahapan-tahapan tersebut sebagai berikut.
d. Faktor-Faktor Penentu dalam
Proses Strategi Pembuatan Prototye
Berikut ini
disajikan berbagai faktor-faktor yang ada di dalam strategi prototyping.
1) Prototyping
bisa berupa sebuah subsistem atau serangkalan dari beberapa subsistem, atau
keseluruhan sistem
Ketika kita
akan membuat sebuah sistem yang besar, mungkin hal terbaik yang bisa dilakukan
adalah memecahnya menjadi subsistem-subsistem yang lebih kecil yang masing-
masing subsistem dapat dianalisa berdasarkan strategi yang paling optimal.
2) Melakukan
prototyping atas bermacam-macam konsep dengan melakukan prototyping atas satu
konsep
Ketika hanya
ada satu atau dua konsep produk saja yang kemungkinan besar akan dipilih untuk
dikermbangkan, maka perkembangan prototype dalam jumlah banyak pada masa awal
akan memberikan umpan balik penting bagi perancang.
3) Pembuatan
prototype bisa dilakukan oleh pihak luar, atau dilakukan oleh wirausahawan itu
sendiri Melakukan penyerahan urusan pembuatan produk hanya kepada pihak luar
dapat membengkakkan biaya dan waktu, jadi lebih baik dibuat sendiri.
4) Fisik pada
suatu prototype dapat dibuat ukuran skala
Jika kita
berurusan dengan produk yang berukuran besar, maka kita tidak akan mungkin
membuat prototype yang sama ukurannya dengan produk akhirnya (kecuali untuk
keperluan uji akhir). Maka dari itu, kita bias membuat skala fisiknya untuk
mengetes aspek aspek tertentu dalam desain produk tersebut. Atau bisa dibuat
prototype potongan yang bisa disambung saat pembangunannya.
5) Hasil akhir
suatu bentuk usaha dapat dibuat oleh prototype
Mungkin merupakan suatu hal yang baik suatu bangunan dapat merancang prototipe vang mampu mencakup beberapa persyaratan desain dalam satu waktu. Hal ini bertujuan agar perancang dapat membuat evaluasi atas fitur yang diharapkan ada pada produk tersebut, Dengan adanya skala fungsi, maka perancang akan merasa lebih mudah dalam menguji prototipe dan produk akhir yang memitik yang lebih kuat.
Silahkan Kerjakan Tugas 9:
Link Tugas 9
TUGAS
1. Jelaskan yang dimaksud dengan prototype!
2. Sebutkan manfaat dari prototype!
3. Jelaskan konsep desain pangemasan sebagai bentuk marketing!
4. Jelaskan mengapa prototype dapat dijadikan alat bantu dalam mendeskripsikan produk!
Tata cara mengerjakan tugas:
TUGAS
1. Jelaskan yang dimaksud dengan standarisasi!
2. Apa yang dimaksud dengan pengendalian mutu!
3. Jelaskan tujuan dari pengendalian mutu!
4. Sebutkan contoh pendekatan pengendalian mutu!
Tata cara mengerjakan tugas:
1) Prototype dapat digunakan sebagai alat uji dan
penyempurnaan suatu desain produk barang/jasa
Mungkin ide kita akan bekerja dengan
sempurna dalam semua aspek perencanaan. Namun, ketika kita mulai mewujudkannya
secara fisik, maka kita akan menemukan kekurangan dalam bentuk produk yang kita
buat. Itulah sebabnya prototype dapat digunakan untuk menguji fungsionalitas
ide kita. Kita tidak akan pernah tahu apa yang salah dengan ide yang kita
ciptakan sampal kita mengeksekusinya menjadi bentuk yang nyata
2) Prototype berfungsi untuk menguji performa
produk barang/jasa
Prototype
berfungsi untuk menguji performa berbagai bentuk perencanaan. Dari sana kita
lihat apakah hasiinya cukup kuat dan berestetika tinggi. Jika performa bagus
maka tentu konsumen akan menyukai dan membelinya.
3) Prototype merupakan alat bantu deskripsi sebuah
produk barang/jasa
Dengan
adanya prototype, kita akan lebih mudah dapat mendeskripsikan bentuk produk
kita. Contohnya, dengan prototype, kita akan mengelahui berbagai macam jenis
dan motif produk kreatif yang dibuat
4) Prototype dapat membuat orang lain menganggap
serius bisnis kita
Ketika
kita berbisnis suatu produk barang/jasa dengan memiliki banyak desain/
prototype produk maka membuat bisnis kita terkesan sangat serius dan pihak
pembeli sangat antusias dalam bermitra dengan kita. Akibatnya, kita akan
dipandang sebagai wirausaha yang profesional yang memiliki tujuan nyata, bukan
hanya seorang penemu dengan ide yang potensial.
Adapun
proses desain ini meliputi beberapa tahapan sebagai berikut:
1) Tahap mengumpulkan ide
Tahap mengumpulkan ide biasanya
dilakukan dengan teknik brainstorming yaitu tekni mnlakukan diskusi dan diambil
kesimpulan terbaik untuk menetapkan sebuah konsep dan motif produk yang kita
inginkan dan akan disukai pembell.
2) Tahap perumusan anpek aspek fisik dalam usaha
produk barang/jasa
Tahap perumusan aspek-aspek fisik, seperti bahan yang dipakai, pemilihan tempat dalam mencetak, aspek cuaca untuk mangeringkan cetakan dan lain sebagainya.
3) Tahap pendesainan
Pada tahap ini dibuat sebuah desain produk barang/jasa yang akan dibuat. Setelah selesai dibuat desaln maka dibuat desain cetakan lalu dibuat cetakan yang nyata untuk membuat produk kreatif tersebut.
Pengemasan usaha produk suatu
barang pada dasarnya menjadi media marketing bagi suatu usaha. Pengemasan
merupakan komponen penting untuk lebih membuat suatu badan usaha menjadi
menarik dan tentu saja dapat menggaet calon konsumen. Sebagai contoh, dalam
usaha suatu produk kita dapat membuat kemasan konsep layanan oleh pegawai atau
karyawan yang ramah, santun dan mampu menjual produk dengan baik kepada
pembeli.
Para ahli dan spesialis
pembuat prototype produk kreatif barang/jasa berusaha memahami keterbatasan
prototype dalam mensimulasikan karakteristik desain suatu produk kreatif
tersebut. Penting untuk dipahami. bahwa sesual dengan definisinya, prototype
akan menjadi representasi komponen dalam suatu produk akhir, termasuk dalam hal
ini produk yang bersitat jasa pengiriman serta pemasangannya Karena perbedaan
dalam aspek fisik, proses dan kesesuaian desain, maka pasti terdapat
kemungkinan kegagalan sebuah prototype dalam menunjukkan performa seperti yang
diharapkan oleh pembuatnya. Namun, terdapat pula kasus kasus yang menyatakan
bahwa sebuah prototype memiliki performa lebih unggul daripada produk akhir,
karena prototype sendiri seringkal mengungguli produk akhir.
Secara umum, dapat
diperkirakan bahwa biaya produksi protolype akan lebih besar daripada biaya
produk akhir karena adanya inefisiensi sumber daya dan proses, Prototype juga
digunakan untuk merevisi desain untuk mengurangi biaya melalui jalan optimasi
dan penyempurnaan.
Pengujian proptotype juga
dapat digunakan untuk mengurangi risiko apabila suatu produk abir tidak bekerja
sesuai dengan yang diharapkan. Namun prototype tetap saja tidak mampu
mengurangi segala risiko, Terdapat keterbatasan atas kemampuan prototype agar
sesuai dengan kinerja produk akhir.
Untuk itu, setelah
melakukan pengujian dengan prototype, para pihak yang terlibat dalam pembuatan
usaha produk kreatif akan saling berdiskusi untuk membahas tata cara mengakali
keterbatasan yang mungkin muncul dalam badan usaha yang mereka buat.
Membangun suatu desain produk kreatif secara penuh seringkali menelan biaya yang besar dan memakan banyak waktu, terutama bila pembuatan desain penuh tersebut diulang beberapa kali untuk mencari tahu apa masalahnya dan cara mengatasinya. Sebagai alternatif, pembuatan prototype secara cepat atau teknik pengembangan aplikasi secara cepat akan digunakan dalam pembuatan prototype untuk pengujian awal suatu produk. Komponen yang diujikan pun biasanya hanya sebagian dari komponen produk pada tahap akhir Dengan menggunakan teknik tersebut, seorang wirausahawan, khususnya dalam bidang produk kreatif, vapat menguji komponen komponen desain secara cepat dan murah sebelum melakukan pengujian pada desain secara penuh.
Standardisasi dalam Kaitannya dengan Pengujian Produk
Standardisasi merupakan penentuan ukuran yang harus
diikuti dalam memproduksikan sesuatu. Standarisasi juga merupakan proses
pembentukan standar teknis, yang bisa menjadi standar spesifikasi, standar cara
uji, standar definisi, prosedur standar (atau praktik), dan lain-lain, Istilah
standardisasi berasal dari kata standar yang berarti satuan ukuran yang
dipergunakan sebagai dasar pembanding kuantitas, kualitas, nilai, dan hasil
karya yang ada. Dalam arti yang lebih luas maka standar meliputi spesifikasi
baik produk, bahan maupun proses. Suatu produk tidak boleh tidak standar, namun
harus atau sedapat mungkin diikuti agar kegiatan maupun hasilnya boleh dikatakan
dapat diterima umum oleh penggunaan standee atau ukuran ini adalah hasil kerja
sama pihak-pihak yang berkepentingan dalam industri dimana perusahaan itu
berada.
Standardisasi diimplementasikan ketika perusahaan
mengeluarkan produk baru ke pasar. Dengan menggunakan standarisasi, kelompok
dapat dengan mudah berkomunikasi melalui pedoman yang ditetapkan dalam rangka
untuk menjaga fokus. Terdapat empat teknik yang berbeda untuk standardisasi,
yaitu penyederhanaan atau variasi kontrol, kodifikasi, nilai rekayasa, dan
statistik proses kontrol.
1. Proses Standardisasi
Proses
standardisasi meliputi proses perencanaan kegiatan dan fungsi untuk
mempersiapkan rencana dan instruksi untuk menghasilkan bagian-bagian dalam
sebuah produk. Perencanaan dimulai dengan gambar teknik, spesifikasi, bagian
atau daftar bahan dan ramalan permintaan. Hasil dari perencanaan ini sebagai
berikut.
2. Pengendalian Mutu
Pengendalian mutu, atau quality control, adalah proses penilaian dan pengawasan kualitas atas hal hal yang berkaitan dengan produksi. ISO 9000 mendefinisikan pengendalian mutu sebagai "Bagian dari manajemen kualitas yang berfokus pada pemenuhan standar kualitas suatu produk".
a. Pendekatan
pengendalian mutu
Pendekatan
pengendalian mutu ditekankan pada aspek-aspek berikut.
b. Tujuan
pengendalian mutu
Penekanan pada
pengendalian mutu terletak pada pengujian produk untuk mendapatkan produk yang
cacat. Dalam pemilihan produk yang akan diuji, biasanya dilakukan pemilihan
produk secara acak (menggunakan teknik sampling). Setelah menguji produk yang
cacat, hal tersebut akan dilaporkan kepada manajemen pembuat keputusan apakah
produk dapat dirilis atau ditolak. Halini dilakukan guna menjamin kualitas dan
merupakan upaya untuk meningkatkan dan menstabilkan proses produksi (dan
proses-proses lainnya yang terkait) untuk menghindari, atau setidaknya
meminimalkan isu-isu yang mengarah kepada kecacatan-kecacatan di tempat pertama
yaitu pabrik.
c. Pendekatan dalam
pengendalian mutu
Di bawah ini merupakan pendekatan pendekatan dalam pengendalian mutu yang banyak digunakan di berbagai perusahaan.
•
Statistical Quality Control (SQC)
•
Total Quality Control (TQC)
•
Statistical Process Control (SQC)
•
Company-wide Quality Control (CQC)
•
Total Quality Management (TQM)
• Enam Sigma (6σ)
d. Pengendalian mutu
pada produk hardware
Suatu perusahaan barang dan jasa harus selalu melakukan pengendalian mutu terhadap suatu produk di dalam lingkungan virtual untuk menghindari penghentian sementara (outage). Dalam rekayasa dan manufaktur, pengendalian mutu atau pengendalian kualitas melibatkan pengembangan sistem untuk memastikan bahwa produk dan jasa dirancang dan diproduksi untuk memenuhi atau melampaui persyaratan dari pelanggan. Sistem-sistem ini sering dikembangkan bersama dengan disiplin bisnis atau rekayasa lainnya dengan menggunakan pendekatan lintas fungsional. ISO 9000 dan TQM (Total Quality Management) adalah contoh standar dan pendekatan yang digunakan untuk pengendalian mutu.
Beberapa teknik telah dikembangkan untuk memelihara pengendalian mutu, diantaranya adalah pemeriksaan total, mengecek noda, pengendalian mutu secara statis, dan nol cacat. Sebagai teknik pengendalian mutu, pemeriksaan total melibatkan kelengkapan dan pemeriksaan total pekerjaan yang diproduksi oleh masing-masing karyawan untuk menentukanya atau tidaknya standar mutu minimum telah dicapai. Jika bukan, ukuran mengoreksi barangkali akan diambil. Pemeriksaan total diinginkan untuk tertentu jenis pekerjaan ketatausahaan.
Seperti contoh yang umum pemeriksaan total adalah koreksi cetakan pekerjaan diketik. Lain contoh pekerjaan ketatausahaan yang sering menerima total pemeriksaan adalah verifikasi kalkulasi seperti ilmu hitung penting dan hasil menyusun data statistik. Oleh karena itu sifat alami beberapa bentuk pekerjaan ketatausahaan, pemeriksaan total mungkin tidak perlu.
Keberhasilan pengendaliam mutu dapat diukur dari indikator-indikator sebagai berikut.
TUGAS
1. Sebutkan tujuan dari pengujian produk!
2. Sebutkan dan jelaskan 3 manfaat dari pengujian produk!
3. Jelaskan 6 langkah proses benchmarking!
Tata cara mengerjakan tugas:
A. Pengujian Produk
Pengujian produk merupakan bagian dari aspek
pengembangan produk. Pengujian produk dapat berfungsi sebagai alat untuk
mengetahui kelayakan produk di mata konsumen. Pengujian produk dilakukan karena
produsen ingin mengetahul nilai dan daya guna barang tersebut sebelum dilempar
ke pasaran. Pengujian produk adalah strategi untuk meningkatkan aspek
perlindungan konsumen. Pengujian produk merupakan tonggak awal datangnya era
konsumsi modern.
Pengujian produk dapat dilakukan oleh pembuat produk yang bekerja sama dengan peneliti independen atau peneliti yang ditunjuk oleh pemerintah. Pengujian produk memakai dasar metode pengujian llmiah. Namun, terdapat pula beberapa pihak yang melakukan pengujlian produk dengan metode ciptaannya sendiri demi memenuhi kriteria-kriteria tertentu. Dalam tes perbandingan, dua atau lebih sampel produk yang sama dijadikan objek eksperimen dalam suatu kondisi yang sama.
1. Tujuan Pengujian Produk
Pengujian produk dilakukan untuk memenuhi tujuan-tujuan tertentu, sebagai berikut.
2. Keuntungan dan Kerugian Pengujian Produk
Pengujian
produk sering kali dikritisi karena pengujian produk dirasa gagal dalam
memperbaiki kegagalan produk lama. Pihak manajemen dirasa bertanggung Jawab
karena mereka melakukan pengujian produk dengan cara-cara yang kaku dan tidak
sesuai dengan perkembangan zaman. Banyak yang menganggap manajemen penguji
produk malah akan merugikan suatu produk, alih- alih mensukseskan suatu produk.
Alasan lain atas kritik terhadap pengujian produk adalah bahwa pengujian produk
hanya mengurusi masalah masalah yang kurang penting atas suatu produk.
Namun, tak dapat dipungkiri bahwa pengujian produk dapat membawa keuntungan, baik bagi produk itu sendiri ataupun bagi konsumen. Berikut adalah keuntungan dan kerugian pengujian produk.
a. Keuntungan pengujian produk
Keuntungan
dalam pengujian produk sebagai berikut.
1) Mencoba strategi pemasaran
Jika produsen suatu produk barang/jasa hanya menjual satu
produk saja, maka perusahaan tersebut akan mengalami masalah dalam aspek
pemasaran. Dengan adanya pengujian produk, kita dapat mengetahui strategi
pemasaran mana yang akan diterapkan. Dengan adanya pengujian produk, produsen
produk dapat membuang fitur-fitur yay tidak dibutuhkan oleh konsumen, yang
dalam hal ini adalah masyarakat umum, sehingna produsen produk dapat menghemat
biaya produksi. Selain itu, produsen produk menkohsumen jenis apa yang bisa
dijadikan sasaran penjualan.
2) Memberikan informasi mengenai produk
Dengan melakukan pengujian produk, perusahaan produsen akan
mendapatkan masuk dari para konsumen mengenai produk yang akan diluncurkan.
Konsumen dan penguji arisn plhakarang paling mengetahui bagaimana informasi
dari produk barang/jasa tersebut.
3) Sebagai upaya untuk mengatur strategi merek
Konsumen membeli produk karena produsen tersebut memiliki
merek yang terkenal atau memiliki reputasi dalam aspek keamanan dan performa
produk. Dengan melakukan pengujian produk, perusahaan dapat mengetahui persepsi
konsumen mengenai produ dalam kaitannya dengan keamanan dan performanya.
4) Membantu produsen mencermati kesalahan
Perusahaan tidak akan mengetahui cacat apa yang ada di dalam suatu produk sarnpai produk tersebut dipegang oleh para konsumen dan penguji. Dengan adanya pengujian produk, produsen produk dapat mengerti cacat apa saja yang dapat menyebabkan terjadinya pengembalian barang atau penggunaan garansi produk.
b. Kerugian pengujian produk
Risiko dan potensi kerugian dalam melakukan pengujian produk sebagai berikut.
1) Pengujian produk cenderung dapat membuat
perusahaan membayar biaya ekstra
Pengujian produk selalu memberikan risiko bagi suatu
perusahaan. Risiko-risiko dalam proses pengujian produk biasanya berupa sampel,
ukuran sampel yang tak sesuai, kesalahan pengukuran, dan kesalahan dalam
mendeskripsikan produk yang diuji kepada konsumen. Tapi, potensi kesalahan
kesalahan yang timbul akan dapat diatasi oleh metode analisa yang fepat.
Masalah yang lebih besar akan timbul jika pengujian produk bersinggungan dengan
tujuan bisnis perusahaan. Sebagai contoh, pengujian produk yang memakan waktu
sangat lama akan menurunkan tingkat permintaan suatu produk, sehingga
perusahaan akan merugi akibat turunnya permintaan atas produk tersebut.
2) Permasalahan-permasalahan dalam penerapan
pengujian produk
Banyak pihak yang khawatir akan permasalahan permasalahan yang timbul dalam penerapan pengujian produk. Permasalahan permasalahan yang dapat timbul dalam pengujian produk sebagai berikut.
1) Menguji produk yang salah, maksudnya adalah para penguji produk melakukan pengujian pada aspek yang salah dalam suatu produk (hanya fisiknya saja, padahal nilai produk yang sesungguhnya bukan berasal dari aspek fisik).2) Melakukan perbandingan dengan produk yang salah, melakukan pengujian dengan pesaing bisnis yang lebih lemah.3) Menanyai pihak yang salah, melakukan wawancara yang tidak mengetahui seluk beluk alas produk tersebut.4) Melakukan pengujian pada lingkungan pasar yang berbeda dari lingkungan pasar asli produk tersebut,5) Melakukan pengujian kepada segmen konsumen yang tidak sesuai dengan produk6) Melakukan pengujian dengan penerapan harga yang keliru.
3. Pihak-Pihak yang Berperan dalam Pengujian Produk Barang dan Jasa
Pihak-pihak yang berperan dalam pengujian produk sebagai berikut.
a. Pemerintah
Peran umum yang
dilakukan pemerintah dalam pengujian produk barang dan jasa menetapkan hukum
yang menyatakan kewajiban produsen untuk menjelaskan dan menjamin keamanan
produknya. Sehubungan dengan perangkat keras, pemerintah mengatur standarisasi perangkat keras dalam Peraturan pemerintah Nomor 82 tahun 2012 tentang
"Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik"
b. Perusahaan
Peran perusahaan dalam pengujian produk adalah menyediakan produk dan layanan yang sesuai dengan standar perusahaan. Biasanya, standar yang diterapkan adalah standar fakultatif (artinya, perusahaan tersebut menetapkan aturan untuk dirinya sendiri), dan standar wajib (dikeluarkan pemerintah).
4. Konsep Benchmarking pada Pengujian Produk
Benchmark
atau benchmarking merupakan tindakan pengujian dengan cara menjalankan beberapa
program, kumpulan program, atau operasi lain yang bertujuan untuk mengetahui
informasi dari produk yang dibuat. Sebagai contoh: performance dari komputer
dapat diketahui dengan menguji menggunakan Benchmark, Biasanya diasosiasikan
dengan mengevaluasi karakteristik performansi dari hardware komputer, seperti
operasi floating point CPU. Benchmark menyediakan metode perbandingan
performansi dari berbagai subsistem lintas arsitektur chip/sistem.
Benchmarking bukan hanya diterapkan ke dalam pengujian hardware semata. Benchmarking dapat diterapkan di dalam setiap lini usaha. Secara umum, proses benchmarking biasanya terdiri dari enam langkah yaitu:
a. Menentukan apa yang akan dibenchmark
Hampir segala hal dapat di benchmark antara lain:
1) Suatu proses lama yang memerlukan perbaikan.
2) Suatu permasalahan yang memerlukan solusi.
3) Suatu perancangan proses baru.
4) Suatu proses yang upaya-upaya perbaikannya selama ini belum berhasil.
Perlu dibentuk suatu tim
peningkatan mutu yang akan menyelidiki proses dan permasalahannya. Tim ini akan
mendefinisikan proses yang menjadi target, batas-batasnya, operasi-operasi yang
dicakup dan urutannya, dan masukan (input) serta keluarannya (output).
b. Menentukan opa yang akan diukur
Ukuran atau
standar yang dipilih untuk dilakukan benchmark-nya harus yang paling ka dan
besar kontribusinya terhadap perbaikan dan peningkatan mutu. Tim yang
bertugas review elemen-elemen dalam proses dalam suatu bagan alir dan
melakukan diskusi tentang ukuran dan standar yang menjadi fokus, Contoh-contoh
ukuran adalah misalnya durasi waktu penyelesaian, waktu penyelesaian untuk
setiap elemen kerja, waktu untuk setiap pengambilan keputusan,
variasi-variasi waktu jumlah aliran balik atau pengulangan, dan
kemungkinan-kemungkinan terjadinya kesalahan pada setiap elemennya. Jika memang
ada pihak lain (internal dan eksternal) vang berkepentingan terhadap proses ini
maka tuntutan atau kebutuhan (requirements) mereka harus dimasukkan atau
diakomodasikan dalam tahap ini.
Tim yang
bertugas dapat pula melakukan wawancara dergan pihak yang berkepentingan
terhadap proses tersebut (dapat pula dipandang sebagai pelanggan) tentang
tuntutan dan kebutuhan mereka dan menghubungkan atau mengkaitkan tuntutan
tersebut kepada ukuran dan standar kinerja proses, Tim kemudian menentukan
ukuran-ukuran atau standar yang paling kritis yang akan secara signifikan
meningkatkan mutu proses dan hasilnya. Juga dipilih oformasi seperti apa yang
diperlukan dalam proses benchmarking ini dari organisasi lain yang menjadi
tujuan benchmarking.
c. Menentukan kepada siapa akan dilakukan benchmark
Tim
peningkatan mutu kemudian menentukan organisasi yang akan menjadi tujuan
benchmarking ini. Pertimbangan yang perlu adalah tentunya memilih organisasi
lain tersebut yang memang dipandang mempunyai reputasi baik bahkan terbaik
dalam kategori ini.
d. Pengumpulan data/kunjungan
Tim
peningkatan mutu mengumpulkan data tentang ukuran dan yang telah dipilih
terhadap organisasi yang akan di benchmark. Pencarian informasi ini dapat
dimulai dengan yang telah dipublikasikan: misalkan hasil-hasil studi, survei
pasar, survei pelanggan, jurnal, majalah dan lain-lain. Barangkali juga ada
lembaga yang menyediakan bank data tentang benchmarking untuk beberapa aspek
dan kategori tertentu. Tim dapat juga merancang dan mengirimkan kuesioner
kepada lembaga yang akan di benchmark, baik itu merupakan satu-satunya cara mendapatkan
data dan informasi atau sebagai pendahuluan sebelum nantinya dilakukan
kunjungan langsung.
Pada saat
kunjungan langsung (site visit), tim benchmarking mengamati proses yang
menggunakan ukuran dan standar yang berkaitan dengan data intemal yang telah
diidentifikasi dan dikumpulkan sebelumnya. Tentu akan lebih baik jika ada
beberapa obyek atau proses yang dikunjungi sehingga informasi yang didapat akan
lebih lengkap. Asumsi yang perlu diketahui adalah bahwa organisasi atau lembaga
yang dikunjungi mempunyai keinginan yang sama untuk mendapatkan informasi yang
sejenis dari lembaga yang mengunjunginya yaitu adanya keinginan timbal balik
untuk saling membenchmark.
Para pelaku
benchmarking telah dapat menyimpulkan bahwa kunjungan langsung kepada organisasi
dengan praktik terbaik dapat menghasilkan pandangan dan pemahaman lebih
dalam dibandingkan dengan cara-cara pengumpulan data yang manapun. Kunjungan
memungkinkan kita untuk secara langsung berhubungan dengan "pemilik
proses" yaitu orang- orang yang benar-benar menjalankan atau mengelola
proses tersebut,
e. Analisis data
Tim
peningkatan mutu kemudian membandingkan data yang diperoleh dari proses yang
di-benchmark dengan data proses yang dimiliki (internal) untuk menentukan
adanya kesenjangan (gap) di antara mereka. Tentu juga perlu membandingkan
situasi kualitatif misalnya tentang sistem, prosedur, organisasi, dan sikap.
Tim mengindentifikasi mengapa terjadi kesenjangan (perbedaan) dan apa saja yang
dapat dipelajari dari situasi ini, yang sangat penting adalah menghindari sikap
penolakan, jika memang ada perbedaan hal nyata maka kenyataan itu harus dapat
diterima dan kemudian disadari bahwa harus yang hal yang diperbaiki.
f. Merumuskan tujuan dan rencana tindakan
Tim
peningkatan mutu menentukan target perbaikan terhadap proses. Target-target ini
harus dapat dicapai dan realistis dalam pengertian waktu, sumber daya, dan
kemampuan yang ada saat ini; juga sebaiknya terukur, spesifik, dan didukung oleh
manajemen dan orang- orang yang bekerja dalam proses tersebut. Kemudian
multidisiplin yang akan memecahkan persoalan dan mengembangkan suatu rencana
untuk memantapkan tindakan spesifik yang akan diambil, tahapan-tahapan
waktunya, dan siapa- siapa yang harus bertanggung jawab.
Hasil ini akan
diserahkan kepada para pelaksana penjaminan mutu (executive) untuk kemudian
memantau kemajuan dan mengidentifikasi persoalan-persoalan yang timbul. Ukuran
dan standar dievaluasi secara bertahap, barangkali diperlukan penyesuaian-penyesuaian
terhadap rencana untuk dapat mengatasi halangan dan persoalan yang muncul, Juga
para pelaksana memerlukan umpan balik dari mereka yang berkepentingan terhadap
proses dan hasilnya (stakeholders).
Kesenjangan standar mungkin saja tidak dapat dihilangkan karena target organisasi terus saja berkembang dan memperbaiki diri. Yang lebih penting dari semata-mata mengejar kesenjangan adalah menjadikan benchmarking sebagai suatu kebiasaan, yang akan mendorong untuk terus memperbaiki diri. Jika perlu bahkan dapat dibuat atau dibentuk suatu departemen atau divisi tersendiri yang bertanggung jawab melaksanakan benchmarking secara terus menerus (berkelanjutan). dapat diperluas dengan melibatkan.
5. Pengujian Ketahanan Produk
Ketahanan produk adalah kemampuan suatu produk untuk melakukan kegiatan seperti yang dinginkan oleh konsumen tanpa kegagalan dan sesuai dengan batas performa suatu produk. Agar suatu produk mendapatkan ketahanan produk, perusahaan harus melakukan pengujian berupa serangkaian tugas. Tugas tugas yang diberikan akan berpengaruh pada ketahanan produk barang/ jasa. Pengujian tersebut dapat berupa pengujian pemilihan material, struktur geometri, toleransi desain, proses manufaktur, teknik perakitan, pengiriman dan penanganan dalam pengiriman, kondisi operasional dan petunjuk perawatan. Berikut adalah hal hal yang berkaitan dengan pengujian ketahanan produk.
1) Pengujian atas persyaratan dan batasan produk
Pengujian tersebut dimulai dari
identifikasi serangkaian syarat dan batasan produk yang ditentukan dari
aktivitas pasar atau subsistem-subsistem mana yang cocok dengan produk tersebut.
Setelah itu, hasil dari pengujian persyaratan dan batasan produk akan dibuat
menjadi dokumen. Dokumen tersebut harus disahkan oleh beberapa pihak yang berwenang,
mulai dari ahli rekayasa, manajemen, sampai konsumen, Setelah disahkan, maka
pihak pembuat produk barang dan jasa akan membuat serangkaian deskripsi
mengenai spesifikasi produk yang dirasa sesuai dengan dokumen persyaratan dan
batasan yang telah disahkan.
Langkah selanjutnya adalah mempertemukan antara dokumen persyaratan dan batasan dengan dokumen spesifikasi yang diajukan oleh pihak pembuat produk barang dan jasa. Modifikasi dokumen persyaratan dan Batasan akan dilakukan apabila terdapat isi dari dokumen tersebut yang tidak dapat diimplementasikan pada produk yang dibuat. Setelah adanya kesepakatan antara pihak penguji dengan pembuat produk, maka pihak pembuat produk dapat lanjut ke tahap desain terakhir.
2) Deskripsi material, komponen dan proses manufaktur
Desain hardware harus dilakukan berdasarkan pemilihan komponen, material dan proses manufaktur yang sesuai dengan dokumen persyaratan dan batasan yang telah disetujui sebelumnya. Setiap material, komponen dan proses harus dinilai dan diuji sebelum dimasukkan ke dalam proses produksi.
3) Pengujian performa
Tujuan pengujian performa adalah untuk mengevaluasi kemampuan komponen komponen produk barang dan jasa agar dapat memenuhi syarat fungsional, mekanis, dan elektronik yang telah ditetapkan pada dokumen persyaratan dan batasan. Untuk meningkatkan performa produk, pihak pembuat produk seringkali menggunakan fitur fitur yang malah mengurangi daya tahan produk tersebut. Menambahkan fitur pada produk juga dapat menambah kerumitan produk yang nantinya akan berpengaruh pada daya tahan produk dan harga produk.
4) Penilaian ketahanan
Penilaian
ketahanan dapat memberikan informasi mengenai kemampuan sebuah produk dalam
memenuhi persyaratan performa yang telah ditentukan. Penilaian ketahanan
dilakukan dengan menggunakan data tes integritas, hasil kualifikasi virtual
atau hasil tes akselerasi. Ketahanan produk tidak berkaitan dengan nasib baik
penggunanya, namun lebih kepada konsekuensi rasional atas usaha yang dilakukan
oleh pembuat produk pada tahap desain, pengembangan dan manufaktur. Produk yang
memiliki ketahanan tinggi dapat diperoleh dari desain yang kuat dan tingkat
toleransi komponen yang tinggi. Pemahaman kuantitatif dan kemampuan untuk
memetakan kegagalan mekanisme dalam pengujian produk dapat menjadi alat bagi
pembuat produk barang dan jasa untuk membuat desain, proses dan spesifikasi
komponen yang efektif.
Berikut adalah Link Tugas 7, Selamat mengerjakan! Link Tugas 7