Senin, 30 November 2020

Berikut adalah link untuk mengerjakan Ulangan Harian 2 PKK:

Link Ulangan Harian 2 Kelas 11

Tata cara mengerjakan Ulangan Harian:
1. Kerjakan ulangan pada link google form di atas
2. Kerjakan ulangan pada waktu yang telah ditentukan (09.00-11.30AM)
3. Jika melewati waktu yang telah ditentukan, dianggap tidak mengerjakan
Posted by Rakhmi Rusdiani On November 30, 2020 No comments READ FULL POST

Rabu, 21 Oktober 2020

 TUGAS

1. Dalam melakukan pendeskripsian produk harus memperhatikan ketentuan-ketentuan, sebutkan!

2. Jelaskan yang dimaksud dengan persuasif!

3. Jelaskan kegunaan dari naratif tentang produk barang/jasa!


Tata cara mengerjakan tugas:

1. Kerjakan tugas di buku catatan anda.
2. Kumpulkan tugas dengan memberikan bukti foto hasil jawaban anda dan kirim melalui link google form berikut ini: Pengumpulan Tugas 9
3. Pengumpulan tugas maksimal 24 jam setelah jam pelajaran selesai
Posted by Rakhmi Rusdiani On Oktober 21, 2020 No comments READ FULL POST

TUGAS!

1. Jelaskan kegunaan dari melakukan evaluasi dalam proses kerja pembuatan prototype!

2. Jelaskan secara singkat 6 tahapan prototyping!

3. Sebutkan faktor-faktor penentu dalam proses strategi pembuatan prototype!


Tata cara mengerjakan tugas:

1. Kerjakan tugas di buku catatan anda.
2. Kumpulkan tugas dengan memberikan bukti foto hasil jawaban anda dan kirim melalui link google form berikut ini:Pengumpulan Tugas 9
3. Pengumpulan tugas maksimal 24 jam setelah jam pelajaran selesai
Posted by Rakhmi Rusdiani On Oktober 21, 2020 No comments READ FULL POST

Senin, 19 Oktober 2020

1. Pemaparan Diskriptif tentang Produk Barang/Jasa

Deskripsi produk adalah penjelasan singkat mengenai produk barang/jasa yang ditawarkan. Penjelasan sederhana mungkin cukup jelas bagi orang awam, namun investor/klien mungkin tidak memahami produk yang ditawarkan. Dalam melakukan pendeskripsian produk harus memperhatikan ketentuan-ketentuan berikut, yaitu:

a.       Menggunakan gaya bahasa lugas

b.      Tidak menggunakan jargon atau istilah khusus yang tidak awam.

c.       Jujur mengenai informasi produk

d.      Menekankan karakteristik unik yang hanya dimiliki produk.

e.      Menggunakan ilustrasilvisualisasi produk sebagai pendukung teknis. 

Deskripsi produk barang/jasa harus memiliki penjelasan sebagai berikut.

a.       Sebutkan nama merek produk dan visualisasi produk.

b.      Uraikan spesifikasi kondisi bentuk, jenis dan kemasan produk

c.       Uraikan kandungan isi atau unsur pembentuk produk.

d.      Uraikan manfaat kandungan isi produk

e.      Uraikan benefit penggunaan produk bagi konsumen

f.        Uraikan keunikan yang hanya dimiliki oleh produk

g.      Informasikan tentang hak paten/ hak cipta/ sertifikasi halal/ sertifikasi penghargaan co. ISO. 

2. Pemaparan Naratif tentang Produk Barang/Jasa

Kita dapat menggunakan naratif dalam menjelaskan satu produk/jasa. Naratif dalam produk/jasa digunakan untuk menjelaskan suatu rincian produk/jasa yang akan dipromosikan atau diproduksi. Naratif juga dapat digunakan dalam suatu pengungkapan dalam iklan bagaimana produk barang/ jasa tersebut dibuat. Dalam menjelaskan suatu produk barangjasa sering kali menggunakan jasa iklan untuk mempromosikan produk barang/jasa yang akan di iklankan, yang berarti iklan tersebut harus dapat menjelaskan bagaimana produk barang/jasa tersebut secara detail. Sebagai contoh: suatu iklan produk minuman kesehatan dapat menjelaskan bagaimana produk tersebut dibuat, apa fungsi produk minuman tersebut dan apa saja bahan-bahan yang digunakan dalam membuat poduk minuman kesehatan. Dengan langkah ini maka naratif dapat digunakan dalam membuat produk barang/jasa.


3. Argumentatif atau Persuasif tentang Produk Barang/Jasa

Apa yang harus kita persiapkan ketika kita ingin menjual suatu produk barang atau jasa? Kita harus mempunyai trik-trik yang jitu agar para calon konsumen tertarik dan mau membeli produk barang atau jasa yang kita tawarkan. Apabila dari awal calon konsumen sudah tidak tertarik dengan produk banrang atau jasa yang kita tawarkan, bagaimana mereka mau membeli? Bagaimana mereka percaya terhadap produk barang atau jasa tersebut?

Persuasif berisi ajakan, perintah ataupun bujukan untuk melakukan sesuatu hal pada produk barang/jasa. Persuasif sendiri berasal dari bahasa Inggris yaitu persuade yang artinya mengajak, membujuk, atau menyuruh. Persuasif biasanya bersifat subjektif karena isinya merupakan murni pandangan pribadi tentang suatu produk. Karena tujuannya untuk mengajak, maka tidak jarang dalam argumentasi sering kali ditemukan data-data pendukung sebagai penguat iklan produk barang/jasa, sehingga audience akan lebih yakin dan tidak ragu untuk melakukan apa yang disarankan oleh pengiklan.


Silahkan kerjakan Tugas 9:

Link Tugas 9

Posted by Rakhmi Rusdiani On Oktober 19, 2020 No comments READ FULL POST

Alur Kerja Pembuatan Prototype Produk Barang/jasa

Perhatikan bagan berikut ini!















Berdasarkan bagan di atas, terdapat sistematika proses kerja dalam membuat prototype suatu produk kreatif barang/jasa.

a. Menentukan kebutuhan akan produk yang akan dibuat

Dalam menentukan produk kreatif barang/jasa yang akan dibuat ini, maka harus dilakukan identifikasi dan penelitian pasar mengenai produk barang/jasa apa yang disenangi oleh konsumen dan terutama untuk kebutuhan-kebutuhan konsumen itu sendiri dalam bidang rancang bangun. Setelah dilakukan penelitian dan analisis-analisis mengenai apa produk barang/jasa yang dibutuhkan oleh konsumen.

b. Melakukan perancangan-perancangan desain

Setelah dilakukan penetapan produk barang/jasa yang akan dibuat, maka proses selanjutnya dilakukan perancangan-perancangan produk dalam bentuk desain yang menjadi dasar pembuatan prototype. Dalam tahap perancangan desain prototype produk ini harus memperhatikan beberapa aspek yang meliputi sebagai berikut.

1) Mengenali pasar sasaran dari produk tersebut dan juga selera pasar.

Pasar sasaran yang berbeda memiliki selera dan daya beli yang berbeda pula. Pemahaman akan pasar sasaran akan mendukung proses pencarian ide dan penetapan harga jual. Pencarian data melalui referensi, kuisioner, pengamatan dan wawancara dapat dilakukan kepada pasar sasaran yang dituju untuk mengetahui selera dan daya beli pasar tersebut. Pasar sasaran yang beragam memiliki selera yang sangat beragam pula. Selera pasar yang beragam, membuka banyak peluang untuk beragam jenis produk barang/jasa yang memiliki keunikan. Gaya desain dapat selalu berkembang dengan munculnya gaya-gaya baru.

2) Melakukan eksplorasi terhadap bahan-bahan yang akan digunakan.

Eksplorasi terhadap bahan-bahan penyusun produk sangat penting mengingat bahan- bahan tersebut merupakan penyusun utama. Ketersediaan bahan baku merupakan aspek yang harus diperhatikan.

c. Menentukan material produk

Dalam menggunakan material produk dapat dilakukan dengan melakukan eksplorasi berbagai kemungkinan keindahan dan keunikan yang dihasilkan oleh bahan-bahan penyusun produk tersebut. Eksplorasi material dilakukan dengan membuat beberapa percobaan teknik pengolahan pada suatu material. Semakin banyak percobaan yang dilakukan, akan semakin banyak pula kemungkinan keindahan dan keunikan yang diperoleh.

d. Melakukan evaluasi

Melakukan evaluasi prototype produk barang/jasa sangat penting dilakukan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan dari produk yang telah dibuat desainnya tersebut. Evaluasi ini dilakukan secara berkala sehingga dapat menghasilkan produk yang berkualitas dan disukai oleh konsumen.

Proses Kerja Pembuatan Prototype Produk Barang/Jasa

a. Proses Kerja Pembuatan Prototype

Pembuatan prototype disebut dengan prototyping. Tujuan dari Prototyping adalah sebagai penguji daya tahan bentuk produk dan usaha yang ingin kita buat. Inovasi bertahap adalah keadaan suatu badan usaha tidak bias dibuat dalam bentuk prototype. Inovasi bertahap biasanya oavesuaikan keadaan di dunia nyata. Dengan adanya kegiatan prototyping, para wirausahawan, khususnya bidang produk kreatif barang/jasa akan mengetahui keunggulan dan kelemahaan produk dan usaha yang dibuat.

b. Kegiatan prototyping sebagai artefak dalam pembuatan desain

Prototype dapat dianggap sebagai bentuk artefak, baik dalam tingkatan berdiri sendiri atau menjadi bagian dalam sebuah desain. Bila dilihat sebagai artefak, prototype mengandung karakteristik-karakteristik sebagai berikut yaitu mendukung kreativitas, membantu pengembang untuk menangkap dan menghasilkan ide, memfasilitasi pengembang dan memberikan informasi yang relevan tentang pengguna prototype. Prototype dapat mendorong terjadinya komunikasi dan membantu para wirausahawan dengan konsumen dalam berinteraksi untuk menyempurnakan produk yang dibuat.

Kita bisa menganalisa kegiatan prototyping berdasarkan 4 dimensi sebagai berikut.

  1. Dimensi representasi Dimensi representasi berarti menggambarkan bentuk prototype.
  2. Dimensi presisi Dimensi presisi menggambarkan tingkat ketelitian prototype yang akan dievaluasi: Dalam dimensi tersebut, bentuknya kasar, atau halus.
  3. Dimensi interaktif Dimensi interaktif menggambarkan sejauh mana hubungan antara konsumen dengan prototype yang dibuat oleh seorang wirausaha; Misalnya, apakah pihak pembeli menyukai layanan dan produk kreatif yang ditawarkan.
  4. Dimensi evolusi Dimensi evolusi menggambarkan prediksi siklus hidup dari suatu prototype, misalnya. prototype tersebut bersifat sekali pakai atau permanen.

c. Tahapan-tahapan dalam prototyping

Tahap-tahap dalam prototyping boleh dikatakan merupakan tahap-tahap yang dipercepat. Strategi utama dalam prototyping adalah kerjakan yang mudah terlebih dahulu dan sampaikan hasil kepada pengguna sesegera mungkin.

Untuk lebih jelasnya, berikut adalah tabel yang menerangkan tentang tahap-tahap dalam prototyping produk barang/jasa.


Prototyping dibagi ke dalam enam tahapan. Tahapan-tahapan tersebut sebagai berikut.

  1. Mengidentifikasi model prototype. Dalam bagian ini, pihak wirausahawan menjadi mennes apa saja yang ada di dalam badan usaha yang mereka buat.
  2. Rancang bangun prototype Dalam rancang bangun bisa dibantu oleh seperangkat komputer serta software CASE (Computer-Aided Systerm Engineering) supaya bisa mendesain produk yang baru dan kompeten
  3. Uji prototype untuk memastikan prototype dapat dengan mudah dijalankan untuk tujuan demonstrasi.
  4. Siapkan prototype USD (User's System Diagram) untuk mengidentifikasi bagian-bagian dari produk yang di-prototype-kan,
  5. Evaluasi dengan pengguna untuk mengevaluasi prototype dan melakukan perubahan jika diperlukan.
  6. Transformasikan prototype menjadi produk nyata dan dibutuhan konsumen sebagai sebuah sampel atau contoh. 

d. Faktor-Faktor Penentu dalam Proses Strategi Pembuatan Prototye

Berikut ini disajikan berbagai faktor-faktor yang ada di dalam strategi prototyping.

1) Prototyping bisa berupa sebuah subsistem atau serangkalan dari beberapa subsistem, atau keseluruhan sistem

Ketika kita akan membuat sebuah sistem yang besar, mungkin hal terbaik yang bisa dilakukan adalah memecahnya menjadi subsistem-subsistem yang lebih kecil yang masing- masing subsistem dapat dianalisa berdasarkan strategi yang paling optimal.

2) Melakukan prototyping atas bermacam-macam konsep dengan melakukan prototyping atas satu konsep

Ketika hanya ada satu atau dua konsep produk saja yang kemungkinan besar akan dipilih untuk dikermbangkan, maka perkembangan prototype dalam jumlah banyak pada masa awal akan memberikan umpan balik penting bagi perancang.

3) Pembuatan prototype bisa dilakukan oleh pihak luar, atau dilakukan oleh wirausahawan itu sendiri Melakukan penyerahan urusan pembuatan produk hanya kepada pihak luar dapat membengkakkan biaya dan waktu, jadi lebih baik dibuat sendiri.

4) Fisik pada suatu prototype dapat dibuat ukuran skala

Jika kita berurusan dengan produk yang berukuran besar, maka kita tidak akan mungkin membuat prototype yang sama ukurannya dengan produk akhirnya (kecuali untuk keperluan uji akhir). Maka dari itu, kita bias membuat skala fisiknya untuk mengetes aspek aspek tertentu dalam desain produk tersebut. Atau bisa dibuat prototype potongan yang bisa disambung saat pembangunannya.

5) Hasil akhir suatu bentuk usaha dapat dibuat oleh prototype

Mungkin merupakan suatu hal yang baik suatu bangunan dapat merancang prototipe vang mampu mencakup beberapa persyaratan desain dalam satu waktu.  Hal ini bertujuan agar perancang dapat membuat evaluasi atas fitur yang diharapkan ada pada produk tersebut, Dengan adanya skala fungsi, maka perancang akan merasa lebih mudah dalam menguji prototipe dan produk akhir yang memitik yang lebih kuat.


Silahkan Kerjakan Tugas 9:
Link Tugas 9

Posted by Rakhmi Rusdiani On Oktober 19, 2020 No comments READ FULL POST

Senin, 12 Oktober 2020

TUGAS

1. Jelaskan yang dimaksud dengan prototype!

2. Sebutkan manfaat dari prototype!

3. Jelaskan konsep desain pangemasan sebagai bentuk marketing!

4. Jelaskan mengapa prototype dapat dijadikan alat bantu dalam mendeskripsikan produk!


Tata cara mengerjakan tugas:

1. Kerjakan tugas di buku catatan anda.
2. Kumpulkan tugas dengan memberikan bukti foto hasil jawaban anda dan kirim melalui link google form berikut ini:Pengumpulan Tugas 8
3. Pengumpulan tugas maksimal 24 jam setelah jam pelajaran selesai 
Posted by Rakhmi Rusdiani On Oktober 12, 2020 No comments READ FULL POST

TUGAS 

1. Jelaskan yang dimaksud dengan standarisasi!

2. Apa yang dimaksud dengan pengendalian mutu!

3. Jelaskan tujuan dari pengendalian mutu!

4. Sebutkan contoh pendekatan pengendalian mutu!


Tata cara mengerjakan tugas:

1. Kerjakan tugas di buku catatan anda.
2. Kumpulkan tugas dengan memberikan bukti foto hasil jawaban anda dan kirim melalui link google form berikut ini:Pengumpulan Tugas 8
3. Pengumpulan tugas maksimal 24 jam setelah jam pelajaran selesai 
Posted by Rakhmi Rusdiani On Oktober 12, 2020 No comments READ FULL POST

Minggu, 04 Oktober 2020

Definisi Prototype

  Prototype adalah contoh yang mewakili sebuah model suatu produk barang/jasa. Prototype berfungsi sebagai alat uji suatu konsep atau proses suatu produk sebelum produk tersebut dibuat dan diperbanyak dan dikirim pada konsumen. Prototype biasanya digunakan sebagai alat evaluasi atas desain baru yang dibuat oleh suatu usaha produk untuk jenis barang/jasa. Nantinya, prototype tersebut akan dianalisasi secara sistematis. Prototype adalah penyajian data berbasis praktek bukan teori, bisa juga berwujud potongan desain sebuah karya produk barang/jasa.

Manfaat Prototype

    1) Prototype dapat digunakan sebagai alat uji dan penyempurnaan suatu desain produk barang/jasa

Mungkin ide kita akan bekerja dengan sempurna dalam semua aspek perencanaan. Namun, ketika kita mulai mewujudkannya secara fisik, maka kita akan menemukan kekurangan dalam bentuk produk yang kita buat. Itulah sebabnya prototype dapat digunakan untuk menguji fungsionalitas ide kita. Kita tidak akan pernah tahu apa yang salah dengan ide yang kita ciptakan sampal kita mengeksekusinya menjadi bentuk yang nyata

    2) Prototype berfungsi untuk menguji performa produk barang/jasa

   Prototype berfungsi untuk menguji performa berbagai bentuk perencanaan. Dari sana kita lihat apakah hasiinya cukup kuat dan berestetika tinggi. Jika performa bagus maka tentu konsumen akan menyukai dan membelinya.

    3) Prototype merupakan alat bantu deskripsi sebuah produk barang/jasa

  Dengan adanya prototype, kita akan lebih mudah dapat mendeskripsikan bentuk produk kita. Contohnya, dengan prototype, kita akan mengelahui berbagai macam jenis dan motif produk kreatif yang dibuat

    4) Prototype dapat membuat orang lain menganggap serius bisnis kita

  Ketika kita berbisnis suatu produk barang/jasa dengan memiliki banyak desain/ prototype produk maka membuat bisnis kita terkesan sangat serius dan pihak pembeli sangat antusias dalam bermitra dengan kita. Akibatnya, kita akan dipandang sebagai wirausaha yang profesional yang memiliki tujuan nyata, bukan hanya seorang penemu dengan ide yang potensial.

Proses Desain Prototype

Adapun proses desain ini meliputi beberapa tahapan sebagai berikut:

1)  Tahap mengumpulkan ide

Tahap mengumpulkan ide biasanya dilakukan dengan teknik brainstorming yaitu tekni mnlakukan diskusi dan diambil kesimpulan terbaik untuk menetapkan sebuah konsep dan motif produk yang kita inginkan dan akan disukai pembell.

2)  Tahap perumusan anpek aspek fisik dalam usaha produk barang/jasa

Tahap perumusan aspek-aspek fisik, seperti bahan yang dipakai, pemilihan tempat dalam mencetak, aspek cuaca untuk mangeringkan cetakan dan lain sebagainya.

3)  Tahap pendesainan

Pada tahap ini dibuat sebuah desain produk barang/jasa yang akan dibuat. Setelah selesai dibuat desaln maka dibuat desain cetakan lalu dibuat cetakan yang nyata untuk membuat produk kreatif tersebut. 

Konsep desain pangemasan sebagai bentuk marketing

Pengemasan usaha produk suatu barang pada dasarnya menjadi media marketing bagi suatu usaha. Pengemasan merupakan komponen penting untuk lebih membuat suatu badan usaha menjadi menarik dan tentu saja dapat menggaet calon konsumen. Sebagai contoh, dalam usaha suatu produk kita dapat membuat kemasan konsep layanan oleh pegawai atau karyawan yang ramah, santun dan mampu menjual produk dengan baik kepada pembeli. 

Batasan batasan dalam membuat prototype produk barang/jasa

Para ahli dan spesialis pembuat prototype produk kreatif barang/jasa berusaha memahami keterbatasan prototype dalam mensimulasikan karakteristik desain suatu produk kreatif tersebut. Penting untuk dipahami. bahwa sesual dengan definisinya, prototype akan menjadi representasi komponen dalam suatu produk akhir, termasuk dalam hal ini produk yang bersitat jasa pengiriman serta pemasangannya Karena perbedaan dalam aspek fisik, proses dan kesesuaian desain, maka pasti terdapat kemungkinan kegagalan sebuah prototype dalam menunjukkan performa seperti yang diharapkan oleh pembuatnya. Namun, terdapat pula kasus kasus yang menyatakan bahwa sebuah prototype memiliki performa lebih unggul daripada produk akhir, karena prototype sendiri seringkal mengungguli produk akhir.

Secara umum, dapat diperkirakan bahwa biaya produksi protolype akan lebih besar daripada biaya produk akhir karena adanya inefisiensi sumber daya dan proses, Prototype juga digunakan untuk merevisi desain untuk mengurangi biaya melalui jalan optimasi dan penyempurnaan.

Pengujian proptotype juga dapat digunakan untuk mengurangi risiko apabila suatu produk abir tidak bekerja sesuai dengan yang diharapkan. Namun prototype tetap saja tidak mampu mengurangi segala risiko, Terdapat keterbatasan atas kemampuan prototype agar sesuai dengan kinerja produk akhir.

Untuk itu, setelah melakukan pengujian dengan prototype, para pihak yang terlibat dalam pembuatan usaha produk kreatif akan saling berdiskusi untuk membahas tata cara mengakali keterbatasan yang mungkin muncul dalam badan usaha yang mereka buat.

    Membangun suatu desain produk kreatif secara penuh seringkali menelan biaya yang besar dan memakan banyak waktu, terutama bila pembuatan desain penuh tersebut diulang beberapa kali untuk mencari tahu apa masalahnya dan cara mengatasinya. Sebagai alternatif, pembuatan prototype secara cepat atau teknik pengembangan aplikasi secara cepat akan digunakan dalam pembuatan prototype untuk pengujian awal suatu produk. Komponen yang diujikan pun biasanya hanya sebagian dari komponen produk pada tahap akhir Dengan menggunakan teknik tersebut, seorang wirausahawan, khususnya dalam bidang produk kreatif, vapat menguji komponen komponen desain secara cepat dan murah sebelum melakukan pengujian pada desain secara penuh. 

Silahkan Kerjakan Tugas 8:
Link Tugas 8

Posted by Rakhmi Rusdiani On Oktober 04, 2020 No comments READ FULL POST

Kamis, 01 Oktober 2020

Standardisasi dalam Kaitannya dengan Pengujian Produk

Standardisasi merupakan penentuan ukuran yang harus diikuti dalam memproduksikan sesuatu. Standarisasi juga merupakan proses pembentukan standar teknis, yang bisa menjadi standar spesifikasi, standar cara uji, standar definisi, prosedur standar (atau praktik), dan lain-lain, Istilah standardisasi berasal dari kata standar yang berarti satuan ukuran yang dipergunakan sebagai dasar pembanding kuantitas, kualitas, nilai, dan hasil karya yang ada. Dalam arti yang lebih luas maka standar meliputi spesifikasi baik produk, bahan maupun proses. Suatu produk tidak boleh tidak standar, namun harus atau sedapat mungkin diikuti agar kegiatan maupun hasilnya boleh dikatakan dapat diterima umum oleh penggunaan standee atau ukuran ini adalah hasil kerja sama pihak-pihak yang berkepentingan dalam industri dimana perusahaan itu berada.

Standardisasi diimplementasikan ketika perusahaan mengeluarkan produk baru ke pasar. Dengan menggunakan standarisasi, kelompok dapat dengan mudah berkomunikasi melalui pedoman yang ditetapkan dalam rangka untuk menjaga fokus. Terdapat empat teknik yang berbeda untuk standardisasi, yaitu penyederhanaan atau variasi kontrol, kodifikasi, nilai rekayasa, dan statistik proses kontrol.

1. Proses Standardisasi

    Proses standardisasi meliputi proses perencanaan kegiatan dan fungsi untuk mempersiapkan rencana dan instruksi untuk menghasilkan bagian-bagian dalam sebuah produk. Perencanaan dimulai dengan gambar teknik, spesifikasi, bagian atau daftar bahan dan ramalan permintaan. Hasil dari perencanaan ini sebagai berikut.

  1. Rute produksi adalah rute yang menetapkan operasi, operasi urutan, pusat-pusat kerja, standar, dan perkakas. Rute ini yang menjadi masukan utama untuk sistem manufaktur perencanaan sumber daya untuk mendefinisikan operasi untuk tujuan pengendalian produksi aktivitas dan menentukan sumber daya yang diperlukan untuk persyaratan kapasitas perencanaan tujuan.
  2. Proses rencana yang biasanya menyediakan lebih rinci, instruksi kerja langkah demi langkah termasuk dimensi yang terkait dengan operasi individu, parameter pemesinan, set-up instruksi, dan pemeriksaan jaminan kualitas.
  3. Fabrikasi dan perakitan untuk mendukung pembuatan gambar (sebagai lawan dari gambar teknik untuk menentukan bagian).
  4. Perencanaan proses manual didasarkan pada pengalaman seorang insinyur manufaktur dan pengetahuan tentang sarana produksi, peralatan, kemampuan mereka, proses, dan perkakas.

2. Pengendalian Mutu

    Pengendalian mutu, atau quality control, adalah proses penilaian dan pengawasan kualitas atas hal hal yang berkaitan dengan produksi. ISO 9000 mendefinisikan pengendalian mutu sebagai "Bagian dari manajemen kualitas yang berfokus pada pemenuhan standar kualitas suatu produk".

a. Pendekatan pengendalian mutu

    Pendekatan pengendalian mutu ditekankan pada aspek-aspek berikut.

  1. Elemen-elemen produksi seperti pengendalian, manajemen pekerjaan, proses produksi, performa pekerjaan, dan kriteria integritas.
  2. Kompetensi produksi, misalnya pengetahuan, keahlian, pengalaman dan kualifikasi pekerjaan.
  3. Elemen lunak, seperti pegawai, integritas, kebiasaan di dalam perusahaan, motivasi, semangat tim, dan hubungan kualitas.
  4. Pengendalian produksi, meliputi inspeksi visual. Inspeksi visual dilakukan oleh pihak pengendali mutu. Setelah diinspeksi, pengendali mutu akan membuat daftar dan deskripsi mengenai kecacatan produk, seperti retak dan goresan. Daftar tersebut lalu digunakan sebagai contoh produk yang tak lolos kualifikasi mutu.

b. Tujuan pengendalian mutu

    Penekanan pada pengendalian mutu terletak pada pengujian produk untuk mendapatkan produk yang cacat. Dalam pemilihan produk yang akan diuji, biasanya dilakukan pemilihan produk secara acak (menggunakan teknik sampling). Setelah menguji produk yang cacat, hal tersebut akan dilaporkan kepada manajemen pembuat keputusan apakah produk dapat dirilis atau ditolak. Halini dilakukan guna menjamin kualitas dan merupakan upaya untuk meningkatkan dan menstabilkan proses produksi (dan proses-proses lainnya yang terkait) untuk menghindari, atau setidaknya meminimalkan isu-isu yang mengarah kepada kecacatan-kecacatan di tempat pertama yaitu pabrik.

c. Pendekatan dalam pengendalian mutu

    Di bawah ini merupakan pendekatan pendekatan dalam pengendalian mutu yang banyak digunakan di berbagai perusahaan.

          Statistical Quality Control (SQC)

          Total Quality Control (TQC)

          Statistical Process Control (SQC)

          Company-wide Quality Control (CQC)

          Total Quality Management  (TQM)

          Enam Sigma (6σ)

d. Pengendalian mutu pada produk hardware

    Suatu perusahaan barang dan jasa harus selalu melakukan pengendalian mutu terhadap suatu produk di dalam lingkungan virtual untuk menghindari penghentian sementara (outage). Dalam rekayasa dan manufaktur, pengendalian mutu atau pengendalian kualitas melibatkan pengembangan sistem untuk memastikan bahwa produk dan jasa dirancang dan diproduksi untuk memenuhi atau melampaui persyaratan dari pelanggan. Sistem-sistem ini sering dikembangkan bersama dengan disiplin bisnis atau rekayasa lainnya dengan menggunakan pendekatan lintas fungsional. ISO 9000 dan TQM (Total Quality Management) adalah contoh standar dan pendekatan yang digunakan untuk pengendalian mutu. 

    Beberapa teknik telah dikembangkan untuk memelihara pengendalian mutu, diantaranya adalah pemeriksaan total, mengecek noda, pengendalian mutu secara statis, dan nol cacat. Sebagai teknik pengendalian mutu, pemeriksaan total melibatkan kelengkapan dan pemeriksaan total pekerjaan yang diproduksi oleh masing-masing karyawan untuk menentukanya atau tidaknya standar mutu minimum telah dicapai. Jika bukan, ukuran mengoreksi barangkali akan diambil. Pemeriksaan total diinginkan untuk tertentu jenis pekerjaan ketatausahaan.

    Seperti contoh yang umum pemeriksaan total adalah koreksi cetakan pekerjaan diketik. Lain contoh pekerjaan ketatausahaan yang sering menerima total pemeriksaan adalah verifikasi kalkulasi seperti ilmu hitung penting dan hasil menyusun data statistik. Oleh karena itu sifat alami beberapa bentuk pekerjaan ketatausahaan, pemeriksaan total mungkin tidak perlu. 

    Keberhasilan pengendaliam mutu dapat diukur dari indikator-indikator sebagai berikut.

  1. Relevansi, yakni hubungan kegiatan perusahaan dan produk yang dihasilkannya dengan kebutuhan masyarakat pengguna yang menjadi target kegiatan.
  2. Efisiensi, yakni kehematan penggunaan sumber daya dana, tenaga, waktu, untuk produksi dan penyajian produk perangkat keras yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat pengguna.
  3. Efektivitas, yakni kesesuaian perencanaan dengan hasil yang dicapai, atau ketepatan sistem, metode, dan prosedur yang digunakan untuk menghasilkan produk yang direncanakan.
  4. Akuntabilitas, yakni dapat tidaknya kinerja tersebut dipertanggungjawabkan.
  5. Kreativitas, yakni kemampuan mengadakan inovasi, pembaharuan, atau menciptakan sesuatu yang sesuai dengan perkembangan zaman, termasuk kemampuan evaluasi diri.
  6. Empati, yakni kemampuan perusahaan memberikan pelayanan sepenuh dan setulus hati kepada semua khalayak sasaran.
  7. Ketanggapan, yakni kemampuan perusahaan memperhatikan dan memberikan respons terhadap keadaan serta kebutuhan masyarakat pengguna dengan cepat dan tepat.
  8. Produktivitas, yakni kemampuan perusahaan untuk menghasilkan produk perangkat keras yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat pengguna.

    Silahkan kerjakan tugas 8:

Posted by Rakhmi Rusdiani On Oktober 01, 2020 No comments READ FULL POST

Rabu, 30 September 2020

TUGAS

1. Sebutkan tujuan dari pengujian produk!

2. Sebutkan dan jelaskan 3 manfaat dari pengujian produk!

3. Jelaskan 6 langkah proses benchmarking!


Tata cara mengerjakan tugas:

1. Kerjakan tugas di buku catatan anda.
2. Kumpulkan tugas dengan memberikan bukti foto hasil jawaban anda dan kirim melalui link google form berikut ini: 
3. Pengumpulan tugas maksimal 24 jam setelah jam pelajaran selesai
Posted by Rakhmi Rusdiani On September 30, 2020 No comments READ FULL POST

Minggu, 27 September 2020

 A.      Pengujian Produk

Pengujian produk merupakan bagian dari aspek pengembangan produk. Pengujian produk dapat berfungsi sebagai alat untuk mengetahui kelayakan produk di mata konsumen. Pengujian produk dilakukan karena produsen ingin mengetahul nilai dan daya guna barang tersebut sebelum dilempar ke pasaran. Pengujian produk adalah strategi untuk meningkatkan aspek perlindungan konsumen. Pengujian produk merupakan tonggak awal datangnya era konsumsi modern.

Pengujian produk dapat dilakukan oleh pembuat produk yang bekerja sama dengan peneliti independen atau peneliti yang ditunjuk oleh pemerintah. Pengujian produk memakai dasar metode pengujian llmiah. Namun, terdapat pula beberapa pihak yang melakukan pengujlian produk dengan metode ciptaannya sendiri demi memenuhi kriteria-kriteria tertentu. Dalam tes perbandingan, dua atau lebih sampel produk yang sama dijadikan objek eksperimen dalam suatu kondisi yang sama.

1.       Tujuan Pengujian Produk

Pengujian produk dilakukan untuk memenuhi tujuan-tujuan tertentu, sebagai berikut.

  1. Memastikan bahwa persyaratan spesifikasi, regulasi dan kontrak produk dapat terpenuhi.
  2. Memutuskan apakah produk tersebut sudah berjalan di jalur yang semestinya.
  3. Alat demonstrasi produk.
  4. Menetapkan kesesuaian produk terhadap penggunaan akhir.
  5. Menyediakan dasar komunikasi teknis suatu produk.
  6. Menyediakan informasi perbandingan dengan produk produk lain.
  7. Upaya menciptakan produk yang bisa dipertanggungjawabkan secara hukum.
  8. Membantu pemecahan masalah terhadap kendala produk.
  9. Menentukan potensi mpenghematan dalam produksi suatu produk.

2.       Keuntungan dan Kerugian Pengujian Produk

Pengujian produk sering kali dikritisi karena pengujian produk dirasa gagal dalam memperbaiki kegagalan produk lama. Pihak manajemen dirasa bertanggung Jawab karena mereka melakukan pengujian produk dengan cara-cara yang kaku dan tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Banyak yang menganggap manajemen penguji produk malah akan merugikan suatu produk, alih- alih mensukseskan suatu produk. Alasan lain atas kritik terhadap pengujian produk adalah bahwa pengujian produk hanya mengurusi masalah masalah yang kurang penting atas suatu produk.

Namun, tak dapat dipungkiri bahwa pengujian produk dapat membawa keuntungan, baik bagi produk itu sendiri ataupun bagi konsumen. Berikut adalah keuntungan dan kerugian pengujian produk.

a. Keuntungan pengujian produk

Keuntungan dalam pengujian produk sebagai berikut.

1)  Mencoba strategi pemasaran

Jika produsen suatu produk barang/jasa hanya menjual satu produk saja, maka perusahaan tersebut akan mengalami masalah dalam aspek pemasaran. Dengan adanya pengujian produk, kita dapat mengetahui strategi pemasaran mana yang akan diterapkan. Dengan adanya pengujian produk, produsen produk dapat membuang fitur-fitur yay tidak dibutuhkan oleh konsumen, yang dalam hal ini adalah masyarakat umum, sehingna produsen produk dapat menghemat biaya produksi. Selain itu, produsen produk menkohsumen jenis apa yang bisa dijadikan sasaran penjualan.

2)  Memberikan informasi mengenai produk

Dengan melakukan pengujian produk, perusahaan produsen akan mendapatkan masuk dari para konsumen mengenai produk yang akan diluncurkan. Konsumen dan penguji arisn plhakarang paling mengetahui bagaimana informasi dari produk barang/jasa tersebut.

3)  Sebagai upaya untuk mengatur strategi merek

Konsumen membeli produk karena produsen tersebut memiliki merek yang terkenal atau memiliki reputasi dalam aspek keamanan dan performa produk. Dengan melakukan pengujian produk, perusahaan dapat mengetahui persepsi konsumen mengenai produ dalam kaitannya dengan keamanan dan performanya.

4)  Membantu produsen mencermati kesalahan

Perusahaan tidak akan mengetahui cacat apa yang ada di dalam suatu produk sarnpai produk tersebut dipegang oleh para konsumen dan penguji. Dengan adanya pengujian produk, produsen produk dapat mengerti cacat apa saja yang dapat menyebabkan terjadinya pengembalian barang atau penggunaan garansi produk.


b. Kerugian pengujian produk

Risiko dan potensi kerugian dalam melakukan pengujian produk sebagai berikut.

1) Pengujian produk cenderung dapat membuat perusahaan membayar biaya ekstra

Pengujian produk selalu memberikan risiko bagi suatu perusahaan. Risiko-risiko dalam proses pengujian produk biasanya berupa sampel, ukuran sampel yang tak sesuai, kesalahan pengukuran, dan kesalahan dalam mendeskripsikan produk yang diuji kepada konsumen. Tapi, potensi kesalahan kesalahan yang timbul akan dapat diatasi oleh metode analisa yang fepat. Masalah yang lebih besar akan timbul jika pengujian produk bersinggungan dengan tujuan bisnis perusahaan. Sebagai contoh, pengujian produk yang memakan waktu sangat lama akan menurunkan tingkat permintaan suatu produk, sehingga perusahaan akan merugi akibat turunnya permintaan atas produk tersebut.

2)  Permasalahan-permasalahan dalam penerapan pengujian produk

Banyak pihak yang khawatir akan permasalahan permasalahan yang timbul dalam penerapan pengujian produk. Permasalahan permasalahan yang dapat timbul dalam pengujian produk sebagai berikut.

1) Menguji produk yang salah, maksudnya adalah para penguji produk melakukan pengujian pada aspek yang salah dalam suatu produk (hanya fisiknya saja, padahal nilai produk yang sesungguhnya bukan berasal dari aspek fisik).
2) Melakukan perbandingan dengan produk yang salah, melakukan pengujian dengan pesaing bisnis yang lebih lemah.
3) Menanyai pihak yang salah, melakukan wawancara yang tidak mengetahui seluk beluk alas produk tersebut.
4) Melakukan pengujian pada lingkungan pasar yang berbeda dari lingkungan pasar asli produk tersebut,
5) Melakukan pengujian kepada segmen konsumen yang tidak sesuai dengan produk
6) Melakukan pengujian dengan penerapan harga yang keliru.

     3. Pihak-Pihak yang Berperan dalam Pengujian Produk Barang dan Jasa

        Pihak-pihak yang berperan dalam pengujian produk sebagai berikut.

a.   Pemerintah

Peran umum yang dilakukan pemerintah dalam pengujian produk barang dan jasa menetapkan hukum yang menyatakan kewajiban produsen untuk menjelaskan dan menjamin keamanan produknya. Sehubungan dengan perangkat keras, pemerintah mengatur standarisasi perangkat keras dalam Peraturan pemerintah Nomor 82 tahun 2012 tentang "Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik"

b.   Perusahaan

Peran perusahaan dalam pengujian produk adalah menyediakan produk dan layanan yang sesuai dengan standar perusahaan. Biasanya, standar yang diterapkan adalah standar fakultatif (artinya, perusahaan tersebut menetapkan aturan untuk dirinya sendiri), dan standar wajib (dikeluarkan pemerintah). 

        4. Konsep Benchmarking pada Pengujian Produk

Benchmark atau benchmarking merupakan tindakan pengujian dengan cara menjalankan beberapa program, kumpulan program, atau operasi lain yang bertujuan untuk mengetahui informasi dari produk yang dibuat. Sebagai contoh: performance dari komputer dapat diketahui dengan menguji menggunakan Benchmark, Biasanya diasosiasikan dengan mengevaluasi karakteristik performansi dari hardware komputer, seperti operasi floating point CPU. Benchmark menyediakan metode perbandingan performansi dari berbagai subsistem lintas arsitektur chip/sistem.

  Benchmarking bukan hanya diterapkan ke dalam pengujian hardware semata. Benchmarking dapat diterapkan di dalam setiap lini usaha. Secara umum, proses benchmarking biasanya terdiri dari enam langkah yaitu:

a. Menentukan apa yang akan dibenchmark

Hampir segala hal dapat di benchmark antara lain:

1) Suatu proses lama yang memerlukan perbaikan.
2) Suatu permasalahan yang memerlukan solusi.
3) Suatu perancangan proses baru.
4) Suatu proses yang upaya-upaya perbaikannya selama ini belum berhasil.

  Perlu dibentuk suatu tim peningkatan mutu yang akan menyelidiki proses dan permasalahannya. Tim ini akan mendefinisikan proses yang menjadi target, batas-batasnya, operasi-operasi yang dicakup dan urutannya, dan masukan (input) serta keluarannya (output).

         b. Menentukan opa yang akan diukur

Ukuran atau standar yang dipilih untuk dilakukan benchmark-nya harus yang paling ka dan besar kontribusinya terhadap perbaikan dan peningkatan mutu. Tim yang bertugas review elemen-elemen dalam proses dalam suatu bagan alir dan melakukan diskusi tentang ukuran dan standar yang menjadi fokus, Contoh-contoh ukuran adalah misalnya durasi waktu penyelesaian, waktu penyelesaian untuk setiap elemen kerja, waktu untuk setiap pengambilan keputusan, variasi-variasi waktu jumlah aliran balik atau pengulangan, dan kemungkinan-kemungkinan terjadinya kesalahan pada setiap elemennya. Jika memang ada pihak lain (internal dan eksternal) vang berkepentingan terhadap proses ini maka tuntutan atau kebutuhan (requirements) mereka harus dimasukkan atau diakomodasikan dalam tahap ini.

Tim yang bertugas dapat pula melakukan wawancara dergan pihak yang berkepentingan terhadap proses tersebut (dapat pula dipandang sebagai pelanggan) tentang tuntutan dan kebutuhan mereka dan menghubungkan atau mengkaitkan tuntutan tersebut kepada ukuran dan standar kinerja proses, Tim kemudian menentukan ukuran-ukuran atau standar yang paling kritis yang akan secara signifikan meningkatkan mutu proses dan hasilnya. Juga dipilih oformasi seperti apa yang diperlukan dalam proses benchmarking ini dari organisasi lain yang menjadi tujuan benchmarking.

        c. Menentukan kepada siapa akan dilakukan benchmark

Tim peningkatan mutu kemudian menentukan organisasi yang akan menjadi tujuan benchmarking ini. Pertimbangan yang perlu adalah tentunya memilih organisasi lain tersebut yang memang dipandang mempunyai reputasi baik bahkan terbaik dalam kategori ini.

        d. Pengumpulan data/kunjungan

Tim peningkatan mutu mengumpulkan data tentang ukuran dan yang telah dipilih terhadap organisasi yang akan di benchmark. Pencarian informasi ini dapat dimulai dengan yang telah dipublikasikan: misalkan hasil-hasil studi, survei pasar, survei pelanggan, jurnal, majalah dan lain-lain. Barangkali juga ada lembaga yang menyediakan bank data tentang benchmarking untuk beberapa aspek dan kategori tertentu. Tim dapat juga merancang dan mengirimkan kuesioner kepada lembaga yang akan di benchmark, baik itu merupakan satu-satunya cara mendapatkan data dan informasi atau sebagai pendahuluan sebelum nantinya dilakukan kunjungan langsung.

Pada saat kunjungan langsung (site visit), tim benchmarking mengamati proses yang menggunakan ukuran dan standar yang berkaitan dengan data intemal yang telah diidentifikasi dan dikumpulkan sebelumnya. Tentu akan lebih baik jika ada beberapa obyek atau proses yang dikunjungi sehingga informasi yang didapat akan lebih lengkap. Asumsi yang perlu diketahui adalah bahwa organisasi atau lembaga yang dikunjungi mempunyai keinginan yang sama untuk mendapatkan informasi yang sejenis dari lembaga yang mengunjunginya yaitu adanya keinginan timbal balik untuk saling membenchmark.

Para pelaku benchmarking telah dapat menyimpulkan bahwa kunjungan langsung kepada organisasi dengan praktik terbaik dapat menghasilkan pandangan dan pemahaman lebih dalam dibandingkan dengan cara-cara pengumpulan data yang manapun. Kunjungan memungkinkan kita untuk secara langsung berhubungan dengan "pemilik proses" yaitu orang- orang yang benar-benar menjalankan atau mengelola proses tersebut,

       e. Analisis data

Tim peningkatan mutu kemudian membandingkan data yang diperoleh dari proses yang di-benchmark dengan data proses yang dimiliki (internal) untuk menentukan adanya kesenjangan (gap) di antara mereka. Tentu juga perlu membandingkan situasi kualitatif misalnya tentang sistem, prosedur, organisasi, dan sikap. Tim mengindentifikasi mengapa terjadi kesenjangan (perbedaan) dan apa saja yang dapat dipelajari dari situasi ini, yang sangat penting adalah menghindari sikap penolakan, jika memang ada perbedaan hal nyata maka kenyataan itu harus dapat diterima dan kemudian disadari bahwa harus yang hal yang diperbaiki.

        f. Merumuskan tujuan dan rencana tindakan

Tim peningkatan mutu menentukan target perbaikan terhadap proses. Target-target ini harus dapat dicapai dan realistis dalam pengertian waktu, sumber daya, dan kemampuan yang ada saat ini; juga sebaiknya terukur, spesifik, dan didukung oleh manajemen dan orang- orang yang bekerja dalam proses tersebut. Kemudian multidisiplin yang akan memecahkan persoalan dan mengembangkan suatu rencana untuk memantapkan tindakan spesifik yang akan diambil, tahapan-tahapan waktunya, dan siapa- siapa yang harus bertanggung jawab.

Hasil ini akan diserahkan kepada para pelaksana penjaminan mutu (executive) untuk kemudian memantau kemajuan dan mengidentifikasi persoalan-persoalan yang timbul. Ukuran dan standar dievaluasi secara bertahap, barangkali diperlukan penyesuaian-penyesuaian terhadap rencana untuk dapat mengatasi halangan dan persoalan yang muncul, Juga para pelaksana memerlukan umpan balik dari mereka yang berkepentingan terhadap proses dan hasilnya (stakeholders).

Kesenjangan standar mungkin saja tidak dapat dihilangkan karena target organisasi terus saja berkembang dan memperbaiki diri. Yang lebih penting dari semata-mata mengejar kesenjangan adalah menjadikan benchmarking sebagai suatu kebiasaan, yang akan mendorong untuk terus memperbaiki diri. Jika perlu bahkan dapat dibuat atau dibentuk suatu departemen atau divisi tersendiri yang bertanggung jawab melaksanakan benchmarking secara terus menerus (berkelanjutan). dapat diperluas dengan melibatkan.

5. Pengujian Ketahanan Produk

        Ketahanan produk adalah kemampuan suatu produk untuk melakukan kegiatan seperti yang dinginkan oleh konsumen tanpa kegagalan dan sesuai dengan batas performa suatu produk. Agar suatu produk mendapatkan ketahanan produk, perusahaan harus melakukan pengujian berupa serangkaian tugas. Tugas tugas yang diberikan akan berpengaruh pada ketahanan produk barang/ jasa. Pengujian tersebut dapat berupa pengujian pemilihan material, struktur geometri, toleransi desain, proses manufaktur, teknik perakitan, pengiriman dan penanganan dalam pengiriman, kondisi operasional dan petunjuk perawatan. Berikut adalah hal hal yang berkaitan dengan pengujian ketahanan produk.

        1) Pengujian atas persyaratan dan batasan produk

Pengujian tersebut dimulai dari identifikasi serangkaian syarat dan batasan produk yang ditentukan dari aktivitas pasar atau subsistem-subsistem mana yang cocok dengan produk tersebut. Setelah itu, hasil dari pengujian persyaratan dan batasan produk akan dibuat menjadi dokumen. Dokumen tersebut harus disahkan oleh beberapa pihak yang berwenang, mulai dari ahli rekayasa, manajemen, sampai konsumen, Setelah disahkan, maka pihak pembuat produk barang dan jasa akan membuat serangkaian deskripsi mengenai spesifikasi produk yang dirasa sesuai dengan dokumen persyaratan dan batasan yang telah disahkan.

Langkah selanjutnya adalah mempertemukan antara dokumen persyaratan dan batasan dengan dokumen spesifikasi yang diajukan oleh pihak pembuat produk barang dan jasa. Modifikasi dokumen persyaratan dan Batasan akan dilakukan apabila terdapat isi dari dokumen tersebut yang tidak dapat diimplementasikan pada produk yang dibuat. Setelah adanya kesepakatan antara pihak penguji dengan pembuat produk, maka pihak pembuat produk dapat lanjut ke tahap desain terakhir. 

        2)  Deskripsi material, komponen dan proses manufaktur

Desain hardware harus dilakukan berdasarkan pemilihan komponen, material dan proses manufaktur yang sesuai dengan dokumen persyaratan dan batasan yang telah disetujui sebelumnya. Setiap material, komponen dan proses harus dinilai dan diuji sebelum dimasukkan ke dalam proses produksi.

        3) Pengujian performa

Tujuan pengujian performa adalah untuk mengevaluasi kemampuan komponen komponen produk barang dan jasa agar dapat memenuhi syarat fungsional, mekanis, dan elektronik yang telah ditetapkan pada dokumen persyaratan dan batasan. Untuk meningkatkan performa produk, pihak pembuat produk seringkali menggunakan fitur fitur yang malah mengurangi daya tahan produk tersebut. Menambahkan fitur pada produk juga dapat menambah kerumitan produk yang nantinya akan berpengaruh pada daya tahan produk dan harga produk. 

         4) Penilaian ketahanan

Penilaian ketahanan dapat memberikan informasi mengenai kemampuan sebuah produk dalam memenuhi persyaratan performa yang telah ditentukan. Penilaian ketahanan dilakukan dengan menggunakan data tes integritas, hasil kualifikasi virtual atau hasil tes akselerasi. Ketahanan produk tidak berkaitan dengan nasib baik penggunanya, namun lebih kepada konsekuensi rasional atas usaha yang dilakukan oleh pembuat produk pada tahap desain, pengembangan dan manufaktur. Produk yang memiliki ketahanan tinggi dapat diperoleh dari desain yang kuat dan tingkat toleransi komponen yang tinggi. Pemahaman kuantitatif dan kemampuan untuk memetakan kegagalan mekanisme dalam pengujian produk dapat menjadi alat bagi pembuat produk barang dan jasa untuk membuat desain, proses dan spesifikasi komponen yang efektif.


Berikut adalah Link Tugas 7, Selamat mengerjakan! Link Tugas 7

Posted by Rakhmi Rusdiani On September 27, 2020 No comments READ FULL POST

    Blogger news

    Blogroll

    About