Minggu, 27 September 2020

 A.      Pengujian Produk

Pengujian produk merupakan bagian dari aspek pengembangan produk. Pengujian produk dapat berfungsi sebagai alat untuk mengetahui kelayakan produk di mata konsumen. Pengujian produk dilakukan karena produsen ingin mengetahul nilai dan daya guna barang tersebut sebelum dilempar ke pasaran. Pengujian produk adalah strategi untuk meningkatkan aspek perlindungan konsumen. Pengujian produk merupakan tonggak awal datangnya era konsumsi modern.

Pengujian produk dapat dilakukan oleh pembuat produk yang bekerja sama dengan peneliti independen atau peneliti yang ditunjuk oleh pemerintah. Pengujian produk memakai dasar metode pengujian llmiah. Namun, terdapat pula beberapa pihak yang melakukan pengujlian produk dengan metode ciptaannya sendiri demi memenuhi kriteria-kriteria tertentu. Dalam tes perbandingan, dua atau lebih sampel produk yang sama dijadikan objek eksperimen dalam suatu kondisi yang sama.

1.       Tujuan Pengujian Produk

Pengujian produk dilakukan untuk memenuhi tujuan-tujuan tertentu, sebagai berikut.

  1. Memastikan bahwa persyaratan spesifikasi, regulasi dan kontrak produk dapat terpenuhi.
  2. Memutuskan apakah produk tersebut sudah berjalan di jalur yang semestinya.
  3. Alat demonstrasi produk.
  4. Menetapkan kesesuaian produk terhadap penggunaan akhir.
  5. Menyediakan dasar komunikasi teknis suatu produk.
  6. Menyediakan informasi perbandingan dengan produk produk lain.
  7. Upaya menciptakan produk yang bisa dipertanggungjawabkan secara hukum.
  8. Membantu pemecahan masalah terhadap kendala produk.
  9. Menentukan potensi mpenghematan dalam produksi suatu produk.

2.       Keuntungan dan Kerugian Pengujian Produk

Pengujian produk sering kali dikritisi karena pengujian produk dirasa gagal dalam memperbaiki kegagalan produk lama. Pihak manajemen dirasa bertanggung Jawab karena mereka melakukan pengujian produk dengan cara-cara yang kaku dan tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Banyak yang menganggap manajemen penguji produk malah akan merugikan suatu produk, alih- alih mensukseskan suatu produk. Alasan lain atas kritik terhadap pengujian produk adalah bahwa pengujian produk hanya mengurusi masalah masalah yang kurang penting atas suatu produk.

Namun, tak dapat dipungkiri bahwa pengujian produk dapat membawa keuntungan, baik bagi produk itu sendiri ataupun bagi konsumen. Berikut adalah keuntungan dan kerugian pengujian produk.

a. Keuntungan pengujian produk

Keuntungan dalam pengujian produk sebagai berikut.

1)  Mencoba strategi pemasaran

Jika produsen suatu produk barang/jasa hanya menjual satu produk saja, maka perusahaan tersebut akan mengalami masalah dalam aspek pemasaran. Dengan adanya pengujian produk, kita dapat mengetahui strategi pemasaran mana yang akan diterapkan. Dengan adanya pengujian produk, produsen produk dapat membuang fitur-fitur yay tidak dibutuhkan oleh konsumen, yang dalam hal ini adalah masyarakat umum, sehingna produsen produk dapat menghemat biaya produksi. Selain itu, produsen produk menkohsumen jenis apa yang bisa dijadikan sasaran penjualan.

2)  Memberikan informasi mengenai produk

Dengan melakukan pengujian produk, perusahaan produsen akan mendapatkan masuk dari para konsumen mengenai produk yang akan diluncurkan. Konsumen dan penguji arisn plhakarang paling mengetahui bagaimana informasi dari produk barang/jasa tersebut.

3)  Sebagai upaya untuk mengatur strategi merek

Konsumen membeli produk karena produsen tersebut memiliki merek yang terkenal atau memiliki reputasi dalam aspek keamanan dan performa produk. Dengan melakukan pengujian produk, perusahaan dapat mengetahui persepsi konsumen mengenai produ dalam kaitannya dengan keamanan dan performanya.

4)  Membantu produsen mencermati kesalahan

Perusahaan tidak akan mengetahui cacat apa yang ada di dalam suatu produk sarnpai produk tersebut dipegang oleh para konsumen dan penguji. Dengan adanya pengujian produk, produsen produk dapat mengerti cacat apa saja yang dapat menyebabkan terjadinya pengembalian barang atau penggunaan garansi produk.


b. Kerugian pengujian produk

Risiko dan potensi kerugian dalam melakukan pengujian produk sebagai berikut.

1) Pengujian produk cenderung dapat membuat perusahaan membayar biaya ekstra

Pengujian produk selalu memberikan risiko bagi suatu perusahaan. Risiko-risiko dalam proses pengujian produk biasanya berupa sampel, ukuran sampel yang tak sesuai, kesalahan pengukuran, dan kesalahan dalam mendeskripsikan produk yang diuji kepada konsumen. Tapi, potensi kesalahan kesalahan yang timbul akan dapat diatasi oleh metode analisa yang fepat. Masalah yang lebih besar akan timbul jika pengujian produk bersinggungan dengan tujuan bisnis perusahaan. Sebagai contoh, pengujian produk yang memakan waktu sangat lama akan menurunkan tingkat permintaan suatu produk, sehingga perusahaan akan merugi akibat turunnya permintaan atas produk tersebut.

2)  Permasalahan-permasalahan dalam penerapan pengujian produk

Banyak pihak yang khawatir akan permasalahan permasalahan yang timbul dalam penerapan pengujian produk. Permasalahan permasalahan yang dapat timbul dalam pengujian produk sebagai berikut.

1) Menguji produk yang salah, maksudnya adalah para penguji produk melakukan pengujian pada aspek yang salah dalam suatu produk (hanya fisiknya saja, padahal nilai produk yang sesungguhnya bukan berasal dari aspek fisik).
2) Melakukan perbandingan dengan produk yang salah, melakukan pengujian dengan pesaing bisnis yang lebih lemah.
3) Menanyai pihak yang salah, melakukan wawancara yang tidak mengetahui seluk beluk alas produk tersebut.
4) Melakukan pengujian pada lingkungan pasar yang berbeda dari lingkungan pasar asli produk tersebut,
5) Melakukan pengujian kepada segmen konsumen yang tidak sesuai dengan produk
6) Melakukan pengujian dengan penerapan harga yang keliru.

     3. Pihak-Pihak yang Berperan dalam Pengujian Produk Barang dan Jasa

        Pihak-pihak yang berperan dalam pengujian produk sebagai berikut.

a.   Pemerintah

Peran umum yang dilakukan pemerintah dalam pengujian produk barang dan jasa menetapkan hukum yang menyatakan kewajiban produsen untuk menjelaskan dan menjamin keamanan produknya. Sehubungan dengan perangkat keras, pemerintah mengatur standarisasi perangkat keras dalam Peraturan pemerintah Nomor 82 tahun 2012 tentang "Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik"

b.   Perusahaan

Peran perusahaan dalam pengujian produk adalah menyediakan produk dan layanan yang sesuai dengan standar perusahaan. Biasanya, standar yang diterapkan adalah standar fakultatif (artinya, perusahaan tersebut menetapkan aturan untuk dirinya sendiri), dan standar wajib (dikeluarkan pemerintah). 

        4. Konsep Benchmarking pada Pengujian Produk

Benchmark atau benchmarking merupakan tindakan pengujian dengan cara menjalankan beberapa program, kumpulan program, atau operasi lain yang bertujuan untuk mengetahui informasi dari produk yang dibuat. Sebagai contoh: performance dari komputer dapat diketahui dengan menguji menggunakan Benchmark, Biasanya diasosiasikan dengan mengevaluasi karakteristik performansi dari hardware komputer, seperti operasi floating point CPU. Benchmark menyediakan metode perbandingan performansi dari berbagai subsistem lintas arsitektur chip/sistem.

  Benchmarking bukan hanya diterapkan ke dalam pengujian hardware semata. Benchmarking dapat diterapkan di dalam setiap lini usaha. Secara umum, proses benchmarking biasanya terdiri dari enam langkah yaitu:

a. Menentukan apa yang akan dibenchmark

Hampir segala hal dapat di benchmark antara lain:

1) Suatu proses lama yang memerlukan perbaikan.
2) Suatu permasalahan yang memerlukan solusi.
3) Suatu perancangan proses baru.
4) Suatu proses yang upaya-upaya perbaikannya selama ini belum berhasil.

  Perlu dibentuk suatu tim peningkatan mutu yang akan menyelidiki proses dan permasalahannya. Tim ini akan mendefinisikan proses yang menjadi target, batas-batasnya, operasi-operasi yang dicakup dan urutannya, dan masukan (input) serta keluarannya (output).

         b. Menentukan opa yang akan diukur

Ukuran atau standar yang dipilih untuk dilakukan benchmark-nya harus yang paling ka dan besar kontribusinya terhadap perbaikan dan peningkatan mutu. Tim yang bertugas review elemen-elemen dalam proses dalam suatu bagan alir dan melakukan diskusi tentang ukuran dan standar yang menjadi fokus, Contoh-contoh ukuran adalah misalnya durasi waktu penyelesaian, waktu penyelesaian untuk setiap elemen kerja, waktu untuk setiap pengambilan keputusan, variasi-variasi waktu jumlah aliran balik atau pengulangan, dan kemungkinan-kemungkinan terjadinya kesalahan pada setiap elemennya. Jika memang ada pihak lain (internal dan eksternal) vang berkepentingan terhadap proses ini maka tuntutan atau kebutuhan (requirements) mereka harus dimasukkan atau diakomodasikan dalam tahap ini.

Tim yang bertugas dapat pula melakukan wawancara dergan pihak yang berkepentingan terhadap proses tersebut (dapat pula dipandang sebagai pelanggan) tentang tuntutan dan kebutuhan mereka dan menghubungkan atau mengkaitkan tuntutan tersebut kepada ukuran dan standar kinerja proses, Tim kemudian menentukan ukuran-ukuran atau standar yang paling kritis yang akan secara signifikan meningkatkan mutu proses dan hasilnya. Juga dipilih oformasi seperti apa yang diperlukan dalam proses benchmarking ini dari organisasi lain yang menjadi tujuan benchmarking.

        c. Menentukan kepada siapa akan dilakukan benchmark

Tim peningkatan mutu kemudian menentukan organisasi yang akan menjadi tujuan benchmarking ini. Pertimbangan yang perlu adalah tentunya memilih organisasi lain tersebut yang memang dipandang mempunyai reputasi baik bahkan terbaik dalam kategori ini.

        d. Pengumpulan data/kunjungan

Tim peningkatan mutu mengumpulkan data tentang ukuran dan yang telah dipilih terhadap organisasi yang akan di benchmark. Pencarian informasi ini dapat dimulai dengan yang telah dipublikasikan: misalkan hasil-hasil studi, survei pasar, survei pelanggan, jurnal, majalah dan lain-lain. Barangkali juga ada lembaga yang menyediakan bank data tentang benchmarking untuk beberapa aspek dan kategori tertentu. Tim dapat juga merancang dan mengirimkan kuesioner kepada lembaga yang akan di benchmark, baik itu merupakan satu-satunya cara mendapatkan data dan informasi atau sebagai pendahuluan sebelum nantinya dilakukan kunjungan langsung.

Pada saat kunjungan langsung (site visit), tim benchmarking mengamati proses yang menggunakan ukuran dan standar yang berkaitan dengan data intemal yang telah diidentifikasi dan dikumpulkan sebelumnya. Tentu akan lebih baik jika ada beberapa obyek atau proses yang dikunjungi sehingga informasi yang didapat akan lebih lengkap. Asumsi yang perlu diketahui adalah bahwa organisasi atau lembaga yang dikunjungi mempunyai keinginan yang sama untuk mendapatkan informasi yang sejenis dari lembaga yang mengunjunginya yaitu adanya keinginan timbal balik untuk saling membenchmark.

Para pelaku benchmarking telah dapat menyimpulkan bahwa kunjungan langsung kepada organisasi dengan praktik terbaik dapat menghasilkan pandangan dan pemahaman lebih dalam dibandingkan dengan cara-cara pengumpulan data yang manapun. Kunjungan memungkinkan kita untuk secara langsung berhubungan dengan "pemilik proses" yaitu orang- orang yang benar-benar menjalankan atau mengelola proses tersebut,

       e. Analisis data

Tim peningkatan mutu kemudian membandingkan data yang diperoleh dari proses yang di-benchmark dengan data proses yang dimiliki (internal) untuk menentukan adanya kesenjangan (gap) di antara mereka. Tentu juga perlu membandingkan situasi kualitatif misalnya tentang sistem, prosedur, organisasi, dan sikap. Tim mengindentifikasi mengapa terjadi kesenjangan (perbedaan) dan apa saja yang dapat dipelajari dari situasi ini, yang sangat penting adalah menghindari sikap penolakan, jika memang ada perbedaan hal nyata maka kenyataan itu harus dapat diterima dan kemudian disadari bahwa harus yang hal yang diperbaiki.

        f. Merumuskan tujuan dan rencana tindakan

Tim peningkatan mutu menentukan target perbaikan terhadap proses. Target-target ini harus dapat dicapai dan realistis dalam pengertian waktu, sumber daya, dan kemampuan yang ada saat ini; juga sebaiknya terukur, spesifik, dan didukung oleh manajemen dan orang- orang yang bekerja dalam proses tersebut. Kemudian multidisiplin yang akan memecahkan persoalan dan mengembangkan suatu rencana untuk memantapkan tindakan spesifik yang akan diambil, tahapan-tahapan waktunya, dan siapa- siapa yang harus bertanggung jawab.

Hasil ini akan diserahkan kepada para pelaksana penjaminan mutu (executive) untuk kemudian memantau kemajuan dan mengidentifikasi persoalan-persoalan yang timbul. Ukuran dan standar dievaluasi secara bertahap, barangkali diperlukan penyesuaian-penyesuaian terhadap rencana untuk dapat mengatasi halangan dan persoalan yang muncul, Juga para pelaksana memerlukan umpan balik dari mereka yang berkepentingan terhadap proses dan hasilnya (stakeholders).

Kesenjangan standar mungkin saja tidak dapat dihilangkan karena target organisasi terus saja berkembang dan memperbaiki diri. Yang lebih penting dari semata-mata mengejar kesenjangan adalah menjadikan benchmarking sebagai suatu kebiasaan, yang akan mendorong untuk terus memperbaiki diri. Jika perlu bahkan dapat dibuat atau dibentuk suatu departemen atau divisi tersendiri yang bertanggung jawab melaksanakan benchmarking secara terus menerus (berkelanjutan). dapat diperluas dengan melibatkan.

5. Pengujian Ketahanan Produk

        Ketahanan produk adalah kemampuan suatu produk untuk melakukan kegiatan seperti yang dinginkan oleh konsumen tanpa kegagalan dan sesuai dengan batas performa suatu produk. Agar suatu produk mendapatkan ketahanan produk, perusahaan harus melakukan pengujian berupa serangkaian tugas. Tugas tugas yang diberikan akan berpengaruh pada ketahanan produk barang/ jasa. Pengujian tersebut dapat berupa pengujian pemilihan material, struktur geometri, toleransi desain, proses manufaktur, teknik perakitan, pengiriman dan penanganan dalam pengiriman, kondisi operasional dan petunjuk perawatan. Berikut adalah hal hal yang berkaitan dengan pengujian ketahanan produk.

        1) Pengujian atas persyaratan dan batasan produk

Pengujian tersebut dimulai dari identifikasi serangkaian syarat dan batasan produk yang ditentukan dari aktivitas pasar atau subsistem-subsistem mana yang cocok dengan produk tersebut. Setelah itu, hasil dari pengujian persyaratan dan batasan produk akan dibuat menjadi dokumen. Dokumen tersebut harus disahkan oleh beberapa pihak yang berwenang, mulai dari ahli rekayasa, manajemen, sampai konsumen, Setelah disahkan, maka pihak pembuat produk barang dan jasa akan membuat serangkaian deskripsi mengenai spesifikasi produk yang dirasa sesuai dengan dokumen persyaratan dan batasan yang telah disahkan.

Langkah selanjutnya adalah mempertemukan antara dokumen persyaratan dan batasan dengan dokumen spesifikasi yang diajukan oleh pihak pembuat produk barang dan jasa. Modifikasi dokumen persyaratan dan Batasan akan dilakukan apabila terdapat isi dari dokumen tersebut yang tidak dapat diimplementasikan pada produk yang dibuat. Setelah adanya kesepakatan antara pihak penguji dengan pembuat produk, maka pihak pembuat produk dapat lanjut ke tahap desain terakhir. 

        2)  Deskripsi material, komponen dan proses manufaktur

Desain hardware harus dilakukan berdasarkan pemilihan komponen, material dan proses manufaktur yang sesuai dengan dokumen persyaratan dan batasan yang telah disetujui sebelumnya. Setiap material, komponen dan proses harus dinilai dan diuji sebelum dimasukkan ke dalam proses produksi.

        3) Pengujian performa

Tujuan pengujian performa adalah untuk mengevaluasi kemampuan komponen komponen produk barang dan jasa agar dapat memenuhi syarat fungsional, mekanis, dan elektronik yang telah ditetapkan pada dokumen persyaratan dan batasan. Untuk meningkatkan performa produk, pihak pembuat produk seringkali menggunakan fitur fitur yang malah mengurangi daya tahan produk tersebut. Menambahkan fitur pada produk juga dapat menambah kerumitan produk yang nantinya akan berpengaruh pada daya tahan produk dan harga produk. 

         4) Penilaian ketahanan

Penilaian ketahanan dapat memberikan informasi mengenai kemampuan sebuah produk dalam memenuhi persyaratan performa yang telah ditentukan. Penilaian ketahanan dilakukan dengan menggunakan data tes integritas, hasil kualifikasi virtual atau hasil tes akselerasi. Ketahanan produk tidak berkaitan dengan nasib baik penggunanya, namun lebih kepada konsekuensi rasional atas usaha yang dilakukan oleh pembuat produk pada tahap desain, pengembangan dan manufaktur. Produk yang memiliki ketahanan tinggi dapat diperoleh dari desain yang kuat dan tingkat toleransi komponen yang tinggi. Pemahaman kuantitatif dan kemampuan untuk memetakan kegagalan mekanisme dalam pengujian produk dapat menjadi alat bagi pembuat produk barang dan jasa untuk membuat desain, proses dan spesifikasi komponen yang efektif.


Berikut adalah Link Tugas 7, Selamat mengerjakan! Link Tugas 7

Posted by Rakhmi Rusdiani On September 27, 2020 No comments

0 komentar:

Posting Komentar

  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube

    Blogger news

    Blogroll

    About