5.1 Dasar
Sistem Audio Stereo
Sistem stereo lengkap dapat
terdiri atas sejumlah modul, masing-masing dengan kotaknya, dan mempunyai
fungsi masing-masing yang berbeda. Secara umum terdiri atas 4 grup, yaitu
sumber sinyal, prosessor, penguat, dan transduser audio. Akan tetapi, ada 2
modul tambahan yang juga perlu diperhitungkan, yaitu catu daya dan sistem
sambungan antar modul.
Gambar 5.1: Diagram modul sistem stereo (sumber Daryanto : 2013)
a. Sumber sinyal
Sumber sinyal ialah
segala sesuatu yang menghasilkan sinyal yang diproses, dikuatkan, dan kemudian
diubah (audio). Ada 2 hal yang perlu diperhatikan, pertama kualitas sinyal.
Masalah kedua yang perlu dipertimbangkan adalah sinyal harus bebas derau.
Apabila sumber sinyal mengandung derau maka derau akan diproses dan dikuatkan
secara bersamaan oleh sistem.
Gambar 5.2: Contoh sistem audio (sumber Daryanto : 2013)
b. Prosesor
Prosesor ada
bermacam-macam, pada umumnya berfungsi memilih dan memodifikasi sinyal dari
sumber atau prosesor lain tanpa mengikut sertakan derau atau sinyal yang tidak
akurat. Proses prosesor dapat diuji dengan cara melepas modul tersebut dari
sistem, kemudian dilihat apakah masih ada masalah yang sama setelah modul
dilepas.
c. Penguat
Bagian ini akan menguatkan sinyal
(termasuk derau dan sinyal yang cacat) yang diterimanya untuk menggerakkan
keluaran transduser. Masalah yang dapat terjadi pada penguat, yaitu
(a) sinyal terpotong,
(b) hilangnya sinyal keluaran
(c) suhu berlebih
(d) volume tidak berfungsi dan
(e) respon frekuensi yang tidak baik
d. Transduser
Transduser akan mengubah sinyal elektrik
menjadi suara yang dapat didengar. Mungkin anda beranggapan hanya ada 1
transduser, yaitu speaker. Secara umum anggapan ini benar, tetapi jangalah
beranggapan bahwa speaker itu sederhana. Speaker dapat menyebabkan :
(a) distorsi suara
(b) penambahan derau dari speaker, dan
(c) masalah penguatan karena inpedensi tidak sesuai
Cara untuk memeriksa speaker adalah dengan mencoba speaker pada keluaran pada penguat kiri. Dan kanan secara bergantian. Jika masalahnya mengikuti berarti speaker itu rusak.
e. Catu Daya
Hampir setiap modul mempunyai catu daya sendiri bagian ini seharusnya dapat memberikan catu DC (tanpa derau dan hum) dan dapat mempertahankan level DC pada batas yang yang dapat diterima oleh komponen dalam modul tersebut tanpa dipengaruhi oleh perubahan beban atau tegangan jala-jala. Catu DC yang tidak murni, akan menimbulkan dengung atau hum pada audio. Apabila level DC kurang maka modul akan kehilangan salah satu atau beberapa spesifikasinya.
f. Sambungan antar modul
Masalah yang ada di dalam sistem modular
adalah perlunya sambungan listrik antar modul berupa kabel dan konektornya. Hal
ini biasanya bergantung pada masalah pengawatan dan sambungan fisik. Fungsi
sambungan antarmodul adalah membawa sinyal (termasuk tanah) dan satu titik
ketitik lain.
(a) Sambungan/konektor korosi atau
teroksida dapat menyebabkan sinyal kadang hilang atau ledakan derau yang timbul
secara periodik.
(b) Kawat tanpa isolasi yang baik dapat
menimbulkan derau (hum)
(c) Kawat yang saling berdekatan akan
menambah kapasitansi, sehingga impedansi menjadi tidak sesuai lagi, khususnya
efek frekuensi tinggi dan impedansi tinggi.
(d) Untuk itu digunakan konektor yang
bagus, dan biasanya menggunakan kabel koaksil khusus audio.
Pada sistem modular untuk menghasilkan
suara audio yang semakin enak didengar, biasanya sebelum proses ditambah lagi
beberapa modular yang lain equaliser dan ekspander
g. Equaliser
Sebuah equalizer memisahkan
informasl audio ke dalam lebar frekuensi yang berbeda dan mengontrol kekuatan
setiap lebar band pada saat pengguna melakukan pengesetan. Equalizer yang bagus
mengizinkan pengguna memilih lebar band yang diinginkan dengan mengatur potensi
geser yang ada pada panel. Selain itu, sebenarnya rangkaian equalizer merupakan
rangkaian filter aktif yang dapat diatur pada daerah frekuensi berapa yang akan
dihilangkan atau dimunculkan. Satu yang perlu diingat, equalizer tidak dapat
memperbaiki kualitas dari sinyal yang masuk, kalau sinyalnya tidak menghasilkan
frekuensi tinggi/rendah, tentunya dengan equalizer tidak akan muncul frekuensi
tersebut. Apalagi mengandung noise/desis, ini akan tetap terbawa bahkan untuk
equalizer yang standar akan semakin menguatkan noise tersebut.
h. Ekspander
Dasar dan ekspander ditunjukkan oleh gambar 5.3 akan mendeteksi level sinyal input. Reaksinya dengan meningkatkan penguatan pada ekspander untuk input yang besar dan mengurangi penguatan pada ekspander untuk input yang kecil.
Gambar 5.3: Blog Diagram expander (sumber Daryanto : 2013)
Rangkaian filter mengisolasi beberapa bagian mewakili spectrum audio (700 Hz sampai 700Hz) yang dideteksi. Kemudian, rangkaian penyearah dan detector, mengkonversi audio yang telah dinlter menjadi tegangan variabel DC yang berubah di dalam bagiannya sesuai level input (AC audio). DC variabel ini (dalam bentuk arus) digunakan untuk mengontrol sebuah tegangan atau arus, baik kanal kiri maupun kanan melalui penguat transkonduktan 1 dan 2, yang memproses sinyal audio.
Di dalam rangkaian ekspander ada sebuah kapasitor yang menentukan seberapa cepat penguatan dapat berubah. Perubahan inilah yang didengar oleh telinga kita. Akan tetapi jika perubahan penguatan terlalu lambat maka tidak akan ada suara, dan jika terlalu cepat akan timbul noise. Biasanya yang paling sering rusak adalah penguat 1 dan 2.
Ekspander sederhana seperti ini mempunyai beberapa kelemahan nada tunggal yang keras dalam perekaman dapat meningkatkan gain keseluruhan spectrum, akibatnya seluruh nada menjadi lebih keras.
Kerjakan tugas berikut ini! Tugas 1
0 komentar:
Posting Komentar