Senin, 19 Oktober 2020

Alur Kerja Pembuatan Prototype Produk Barang/jasa

Perhatikan bagan berikut ini!















Berdasarkan bagan di atas, terdapat sistematika proses kerja dalam membuat prototype suatu produk kreatif barang/jasa.

a. Menentukan kebutuhan akan produk yang akan dibuat

Dalam menentukan produk kreatif barang/jasa yang akan dibuat ini, maka harus dilakukan identifikasi dan penelitian pasar mengenai produk barang/jasa apa yang disenangi oleh konsumen dan terutama untuk kebutuhan-kebutuhan konsumen itu sendiri dalam bidang rancang bangun. Setelah dilakukan penelitian dan analisis-analisis mengenai apa produk barang/jasa yang dibutuhkan oleh konsumen.

b. Melakukan perancangan-perancangan desain

Setelah dilakukan penetapan produk barang/jasa yang akan dibuat, maka proses selanjutnya dilakukan perancangan-perancangan produk dalam bentuk desain yang menjadi dasar pembuatan prototype. Dalam tahap perancangan desain prototype produk ini harus memperhatikan beberapa aspek yang meliputi sebagai berikut.

1) Mengenali pasar sasaran dari produk tersebut dan juga selera pasar.

Pasar sasaran yang berbeda memiliki selera dan daya beli yang berbeda pula. Pemahaman akan pasar sasaran akan mendukung proses pencarian ide dan penetapan harga jual. Pencarian data melalui referensi, kuisioner, pengamatan dan wawancara dapat dilakukan kepada pasar sasaran yang dituju untuk mengetahui selera dan daya beli pasar tersebut. Pasar sasaran yang beragam memiliki selera yang sangat beragam pula. Selera pasar yang beragam, membuka banyak peluang untuk beragam jenis produk barang/jasa yang memiliki keunikan. Gaya desain dapat selalu berkembang dengan munculnya gaya-gaya baru.

2) Melakukan eksplorasi terhadap bahan-bahan yang akan digunakan.

Eksplorasi terhadap bahan-bahan penyusun produk sangat penting mengingat bahan- bahan tersebut merupakan penyusun utama. Ketersediaan bahan baku merupakan aspek yang harus diperhatikan.

c. Menentukan material produk

Dalam menggunakan material produk dapat dilakukan dengan melakukan eksplorasi berbagai kemungkinan keindahan dan keunikan yang dihasilkan oleh bahan-bahan penyusun produk tersebut. Eksplorasi material dilakukan dengan membuat beberapa percobaan teknik pengolahan pada suatu material. Semakin banyak percobaan yang dilakukan, akan semakin banyak pula kemungkinan keindahan dan keunikan yang diperoleh.

d. Melakukan evaluasi

Melakukan evaluasi prototype produk barang/jasa sangat penting dilakukan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan dari produk yang telah dibuat desainnya tersebut. Evaluasi ini dilakukan secara berkala sehingga dapat menghasilkan produk yang berkualitas dan disukai oleh konsumen.

Proses Kerja Pembuatan Prototype Produk Barang/Jasa

a. Proses Kerja Pembuatan Prototype

Pembuatan prototype disebut dengan prototyping. Tujuan dari Prototyping adalah sebagai penguji daya tahan bentuk produk dan usaha yang ingin kita buat. Inovasi bertahap adalah keadaan suatu badan usaha tidak bias dibuat dalam bentuk prototype. Inovasi bertahap biasanya oavesuaikan keadaan di dunia nyata. Dengan adanya kegiatan prototyping, para wirausahawan, khususnya bidang produk kreatif barang/jasa akan mengetahui keunggulan dan kelemahaan produk dan usaha yang dibuat.

b. Kegiatan prototyping sebagai artefak dalam pembuatan desain

Prototype dapat dianggap sebagai bentuk artefak, baik dalam tingkatan berdiri sendiri atau menjadi bagian dalam sebuah desain. Bila dilihat sebagai artefak, prototype mengandung karakteristik-karakteristik sebagai berikut yaitu mendukung kreativitas, membantu pengembang untuk menangkap dan menghasilkan ide, memfasilitasi pengembang dan memberikan informasi yang relevan tentang pengguna prototype. Prototype dapat mendorong terjadinya komunikasi dan membantu para wirausahawan dengan konsumen dalam berinteraksi untuk menyempurnakan produk yang dibuat.

Kita bisa menganalisa kegiatan prototyping berdasarkan 4 dimensi sebagai berikut.

  1. Dimensi representasi Dimensi representasi berarti menggambarkan bentuk prototype.
  2. Dimensi presisi Dimensi presisi menggambarkan tingkat ketelitian prototype yang akan dievaluasi: Dalam dimensi tersebut, bentuknya kasar, atau halus.
  3. Dimensi interaktif Dimensi interaktif menggambarkan sejauh mana hubungan antara konsumen dengan prototype yang dibuat oleh seorang wirausaha; Misalnya, apakah pihak pembeli menyukai layanan dan produk kreatif yang ditawarkan.
  4. Dimensi evolusi Dimensi evolusi menggambarkan prediksi siklus hidup dari suatu prototype, misalnya. prototype tersebut bersifat sekali pakai atau permanen.

c. Tahapan-tahapan dalam prototyping

Tahap-tahap dalam prototyping boleh dikatakan merupakan tahap-tahap yang dipercepat. Strategi utama dalam prototyping adalah kerjakan yang mudah terlebih dahulu dan sampaikan hasil kepada pengguna sesegera mungkin.

Untuk lebih jelasnya, berikut adalah tabel yang menerangkan tentang tahap-tahap dalam prototyping produk barang/jasa.


Prototyping dibagi ke dalam enam tahapan. Tahapan-tahapan tersebut sebagai berikut.

  1. Mengidentifikasi model prototype. Dalam bagian ini, pihak wirausahawan menjadi mennes apa saja yang ada di dalam badan usaha yang mereka buat.
  2. Rancang bangun prototype Dalam rancang bangun bisa dibantu oleh seperangkat komputer serta software CASE (Computer-Aided Systerm Engineering) supaya bisa mendesain produk yang baru dan kompeten
  3. Uji prototype untuk memastikan prototype dapat dengan mudah dijalankan untuk tujuan demonstrasi.
  4. Siapkan prototype USD (User's System Diagram) untuk mengidentifikasi bagian-bagian dari produk yang di-prototype-kan,
  5. Evaluasi dengan pengguna untuk mengevaluasi prototype dan melakukan perubahan jika diperlukan.
  6. Transformasikan prototype menjadi produk nyata dan dibutuhan konsumen sebagai sebuah sampel atau contoh. 

d. Faktor-Faktor Penentu dalam Proses Strategi Pembuatan Prototye

Berikut ini disajikan berbagai faktor-faktor yang ada di dalam strategi prototyping.

1) Prototyping bisa berupa sebuah subsistem atau serangkalan dari beberapa subsistem, atau keseluruhan sistem

Ketika kita akan membuat sebuah sistem yang besar, mungkin hal terbaik yang bisa dilakukan adalah memecahnya menjadi subsistem-subsistem yang lebih kecil yang masing- masing subsistem dapat dianalisa berdasarkan strategi yang paling optimal.

2) Melakukan prototyping atas bermacam-macam konsep dengan melakukan prototyping atas satu konsep

Ketika hanya ada satu atau dua konsep produk saja yang kemungkinan besar akan dipilih untuk dikermbangkan, maka perkembangan prototype dalam jumlah banyak pada masa awal akan memberikan umpan balik penting bagi perancang.

3) Pembuatan prototype bisa dilakukan oleh pihak luar, atau dilakukan oleh wirausahawan itu sendiri Melakukan penyerahan urusan pembuatan produk hanya kepada pihak luar dapat membengkakkan biaya dan waktu, jadi lebih baik dibuat sendiri.

4) Fisik pada suatu prototype dapat dibuat ukuran skala

Jika kita berurusan dengan produk yang berukuran besar, maka kita tidak akan mungkin membuat prototype yang sama ukurannya dengan produk akhirnya (kecuali untuk keperluan uji akhir). Maka dari itu, kita bias membuat skala fisiknya untuk mengetes aspek aspek tertentu dalam desain produk tersebut. Atau bisa dibuat prototype potongan yang bisa disambung saat pembangunannya.

5) Hasil akhir suatu bentuk usaha dapat dibuat oleh prototype

Mungkin merupakan suatu hal yang baik suatu bangunan dapat merancang prototipe vang mampu mencakup beberapa persyaratan desain dalam satu waktu.  Hal ini bertujuan agar perancang dapat membuat evaluasi atas fitur yang diharapkan ada pada produk tersebut, Dengan adanya skala fungsi, maka perancang akan merasa lebih mudah dalam menguji prototipe dan produk akhir yang memitik yang lebih kuat.


Silahkan Kerjakan Tugas 9:
Link Tugas 9

Posted by Rakhmi Rusdiani On Oktober 19, 2020 No comments

0 komentar:

Posting Komentar

  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube

    Blogger news

    Blogroll

    About