Alur Kerja Pembuatan Prototype Produk Barang/jasa
Perhatikan bagan berikut ini!
Berdasarkan bagan di atas,
terdapat sistematika proses kerja dalam membuat prototype suatu produk kreatif
barang/jasa.
a. Menentukan kebutuhan akan produk yang akan dibuat
Dalam menentukan produk kreatif
barang/jasa yang akan dibuat ini, maka harus dilakukan identifikasi dan
penelitian pasar mengenai produk barang/jasa apa yang disenangi oleh konsumen
dan terutama untuk kebutuhan-kebutuhan konsumen itu sendiri dalam bidang rancang
bangun. Setelah dilakukan penelitian dan analisis-analisis mengenai apa produk
barang/jasa yang dibutuhkan oleh konsumen.
b. Melakukan perancangan-perancangan desain
Setelah dilakukan penetapan produk barang/jasa yang akan dibuat, maka
proses selanjutnya dilakukan perancangan-perancangan produk dalam bentuk desain
yang menjadi dasar pembuatan prototype. Dalam tahap perancangan desain
prototype produk ini harus memperhatikan beberapa aspek yang meliputi sebagai
berikut.
1) Mengenali pasar sasaran dari produk tersebut dan juga selera pasar.
Pasar sasaran yang berbeda memiliki selera dan daya beli yang berbeda pula. Pemahaman akan pasar sasaran akan mendukung proses pencarian ide dan penetapan harga jual. Pencarian data melalui referensi, kuisioner, pengamatan dan wawancara dapat dilakukan kepada pasar sasaran yang dituju untuk mengetahui selera dan daya beli pasar tersebut. Pasar sasaran yang beragam memiliki selera yang sangat beragam pula. Selera pasar yang beragam, membuka banyak peluang untuk beragam jenis produk barang/jasa yang memiliki keunikan. Gaya desain dapat selalu berkembang dengan munculnya gaya-gaya baru.
2) Melakukan eksplorasi terhadap bahan-bahan yang akan digunakan.
Eksplorasi terhadap bahan-bahan penyusun produk sangat penting mengingat bahan- bahan tersebut merupakan penyusun utama. Ketersediaan bahan baku merupakan aspek yang harus diperhatikan.
c. Menentukan material produk
Dalam menggunakan material produk
dapat dilakukan dengan melakukan eksplorasi berbagai kemungkinan keindahan dan
keunikan yang dihasilkan oleh bahan-bahan penyusun produk tersebut. Eksplorasi
material dilakukan dengan membuat beberapa percobaan teknik pengolahan pada
suatu material. Semakin banyak percobaan yang dilakukan, akan semakin banyak
pula kemungkinan keindahan dan keunikan yang diperoleh.
d. Melakukan evaluasi
Melakukan evaluasi prototype produk barang/jasa sangat penting dilakukan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan dari produk yang telah dibuat desainnya tersebut. Evaluasi ini dilakukan secara berkala sehingga dapat menghasilkan produk yang berkualitas dan disukai oleh konsumen.
Proses Kerja Pembuatan Prototype Produk Barang/Jasa
a. Proses Kerja Pembuatan Prototype
Pembuatan prototype disebut
dengan prototyping. Tujuan dari Prototyping adalah sebagai penguji daya tahan
bentuk produk dan usaha yang ingin kita buat. Inovasi bertahap adalah keadaan
suatu badan usaha tidak bias dibuat dalam bentuk prototype. Inovasi bertahap
biasanya oavesuaikan keadaan di dunia nyata. Dengan adanya kegiatan
prototyping, para wirausahawan, khususnya bidang produk kreatif barang/jasa
akan mengetahui keunggulan dan kelemahaan produk dan usaha yang dibuat.
b. Kegiatan prototyping sebagai artefak dalam pembuatan desain
Prototype dapat dianggap sebagai
bentuk artefak, baik dalam tingkatan berdiri sendiri atau menjadi bagian dalam
sebuah desain. Bila dilihat sebagai artefak, prototype mengandung
karakteristik-karakteristik sebagai berikut yaitu mendukung kreativitas,
membantu pengembang untuk menangkap dan menghasilkan ide, memfasilitasi
pengembang dan memberikan informasi yang relevan tentang pengguna prototype.
Prototype dapat mendorong terjadinya komunikasi dan membantu para wirausahawan
dengan konsumen dalam berinteraksi untuk menyempurnakan produk yang dibuat.
Kita bisa menganalisa kegiatan
prototyping berdasarkan 4 dimensi sebagai berikut.
- Dimensi representasi Dimensi representasi berarti menggambarkan bentuk prototype.
- Dimensi presisi Dimensi presisi menggambarkan tingkat ketelitian prototype yang akan dievaluasi: Dalam dimensi tersebut, bentuknya kasar, atau halus.
- Dimensi interaktif Dimensi interaktif menggambarkan sejauh mana hubungan antara konsumen dengan prototype yang dibuat oleh seorang wirausaha; Misalnya, apakah pihak pembeli menyukai layanan dan produk kreatif yang ditawarkan.
- Dimensi evolusi Dimensi evolusi menggambarkan prediksi siklus hidup dari suatu prototype, misalnya. prototype tersebut bersifat sekali pakai atau permanen.
c. Tahapan-tahapan dalam prototyping
Tahap-tahap dalam prototyping
boleh dikatakan merupakan tahap-tahap yang dipercepat. Strategi utama dalam
prototyping adalah kerjakan yang mudah terlebih dahulu dan sampaikan hasil kepada
pengguna sesegera mungkin.
Untuk lebih jelasnya, berikut adalah tabel yang menerangkan tentang tahap-tahap dalam prototyping produk barang/jasa.
Prototyping dibagi
ke dalam enam tahapan. Tahapan-tahapan tersebut sebagai berikut.
- Mengidentifikasi model prototype. Dalam bagian ini, pihak wirausahawan menjadi mennes apa saja yang ada di dalam badan usaha yang mereka buat.
- Rancang bangun prototype Dalam rancang bangun bisa dibantu oleh seperangkat komputer serta software CASE (Computer-Aided Systerm Engineering) supaya bisa mendesain produk yang baru dan kompeten
- Uji prototype untuk memastikan prototype dapat dengan mudah dijalankan untuk tujuan demonstrasi.
- Siapkan prototype USD (User's System Diagram) untuk mengidentifikasi bagian-bagian dari produk yang di-prototype-kan,
- Evaluasi dengan pengguna untuk mengevaluasi prototype dan melakukan perubahan jika diperlukan.
- Transformasikan prototype menjadi produk nyata dan dibutuhan konsumen sebagai sebuah sampel atau contoh.
d. Faktor-Faktor Penentu dalam
Proses Strategi Pembuatan Prototye
Berikut ini
disajikan berbagai faktor-faktor yang ada di dalam strategi prototyping.
1) Prototyping
bisa berupa sebuah subsistem atau serangkalan dari beberapa subsistem, atau
keseluruhan sistem
Ketika kita
akan membuat sebuah sistem yang besar, mungkin hal terbaik yang bisa dilakukan
adalah memecahnya menjadi subsistem-subsistem yang lebih kecil yang masing-
masing subsistem dapat dianalisa berdasarkan strategi yang paling optimal.
2) Melakukan
prototyping atas bermacam-macam konsep dengan melakukan prototyping atas satu
konsep
Ketika hanya
ada satu atau dua konsep produk saja yang kemungkinan besar akan dipilih untuk
dikermbangkan, maka perkembangan prototype dalam jumlah banyak pada masa awal
akan memberikan umpan balik penting bagi perancang.
3) Pembuatan
prototype bisa dilakukan oleh pihak luar, atau dilakukan oleh wirausahawan itu
sendiri Melakukan penyerahan urusan pembuatan produk hanya kepada pihak luar
dapat membengkakkan biaya dan waktu, jadi lebih baik dibuat sendiri.
4) Fisik pada
suatu prototype dapat dibuat ukuran skala
Jika kita
berurusan dengan produk yang berukuran besar, maka kita tidak akan mungkin
membuat prototype yang sama ukurannya dengan produk akhirnya (kecuali untuk
keperluan uji akhir). Maka dari itu, kita bias membuat skala fisiknya untuk
mengetes aspek aspek tertentu dalam desain produk tersebut. Atau bisa dibuat
prototype potongan yang bisa disambung saat pembangunannya.
5) Hasil akhir
suatu bentuk usaha dapat dibuat oleh prototype
Mungkin merupakan suatu hal yang baik suatu bangunan dapat merancang prototipe vang mampu mencakup beberapa persyaratan desain dalam satu waktu. Hal ini bertujuan agar perancang dapat membuat evaluasi atas fitur yang diharapkan ada pada produk tersebut, Dengan adanya skala fungsi, maka perancang akan merasa lebih mudah dalam menguji prototipe dan produk akhir yang memitik yang lebih kuat.
Silahkan Kerjakan Tugas 9:
Link Tugas 9
0 komentar:
Posting Komentar